VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk menjajaki kerja sama strategis dalam memperkuat daya saing terapis spa Indonesia di pasar global.
Salah satu fokus utama kolaborasi ini adalah pengembangan branding khusus bagi profesi terapis spa asal Indonesia.
Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani, menyampaikan bahwa inisiatif ini bertujuan menghadirkan identitas khas yang membedakan terapis spa Indonesia dari negara lain.
Baca Juga: Editorial VOICEIndonesia.co: Arah KP2MI, Antara Harapan dan Kenyataan yang Melenceng
“Kami ingin terapis spa Indonesia tampil lebih unggul dengan brand yang kuat. Tidak cukup hanya mengandalkan keramahan—kita perlu diferensiasi melalui kompetensi dan inovasi,” kata Christina usai bertemu Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, di Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Sebelumnya, Christina juga telah berdiskusi langsung dengan Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsy saat menghadiri International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 untuk membahas strategi membangun citra tersebut.
Ia mencontohkan beberapa negara yang telah berhasil dengan identitas spa mereka—seperti Thailand dengan Thai Massage, Jepang dengan Shiatsu, dan India dengan Ayurveda.
Baca Juga: Tak Mau Dipulangkan Majikan, Pekerja Migran Loncat ke Laut
Menurutnya, Indonesia pun memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang dapat dikembangkan sebagai nilai jual global.
“Kita bisa manfaatkan ramuan tradisional, aromaterapi lokal, dan teknik pijat khas Nusantara untuk memperkuat posisi Indonesia di industri ini,” tambahnya.
Diskusi ini, lanjut Christina, juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan kerjanya ke berbagai sekolah terapis spa di Bali serta masukan dari para duta besar terkait kebutuhan pasar luar negeri terhadap terapis spa Indonesia.
“Kemenparekraf merespons positif inisiatif ini. Mereka melihatnya bukan hanya untuk mendorong penempatan pekerja migran, tapi juga sebagai bagian dari promosi ekonomi kreatif Indonesia,” ujar mantan legislator itu.
Kolaborasi dua kementerian ini diharapkan melahirkan konsep merek nasional bagi terapis spa Indonesia, sekaligus membuka peluang lebih luas bagi pekerja migran terlatih untuk bersaing secara global dengan identitas yang kuat dan khas.