ARAB SAUDI,AKUUPDATE.ID – Kepergian Nunuk Nuraini menyadarkan betapa bermaknanya Indomie rasa mie goreng yang ia ciptakan. Bahkan, popularitasnya telah mendunia, termasuk di Arab Saudi dan sekitarnya. Hal ini diulas oleh sebuah media internasional, Arab News.
“Tanyakan pada orang Saudi mana pun tentang merek mie instan favorit mereka. Jawabannya hampir pasti adalah Indomie,” tulis Arab News.
Baca Juga : Pemerintah Siapkan SPSK Untuk PMI ke Arab Saudi
Diluncurkan di Indonesia pada 1972, mie instan ini dibawa ke Arab Saudi pada 1986. Produk tersebut dipopulerkan oleh tenaga kerja rumah tangga Indonesia (TKW) yang mendambakan cita rasa kampung halaman. Harganya yang terjangkau dan keunikan rasanya pun membuatnya dipuja di kalangan orang Arab Saudi dan ekspatriat.
Saking populernya, akhirnya dibangun 3 pabrik di Arab Saudi untuk memenuhi tingginya permintaan. Sejak dibuka pada 1992, pabrik utama Indomie di Jeddah memproduksi hingga 2 juta bungkus sehari.
Produk kebanggaan Indonesia ini juga menorehkan kenangan tersendiri bagi petugas rumah sakit bernama Sarah al-Suqair. Menurutnya, Indomie telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dapur Saudi. Bahkan, menyiapkan dan makan mie ini tak hanya dilakukan di rumah.
“Saya ingat saat Indomie gelas tengah menggila di sekolah. Banyak yang ditukar dengan uang, mainan, pernak-pernik, gim video, dan film, bahkan jasa seperti mengerjakan PR. Ini selundupan paling enak di sekolah, terutama saat guru menangkap basah dan mulai melarangnya,” kenang al-Suqair.
Ia pun menceritakan akal-akalan siswa menyiapkan mie gelas instan di sekolah di tengah terbatasnya air mendidih yang diperlukan.
Baca Juga : Mantan TKW di Lebak Sukses Kembangkan Usaha Mandiri
“Saya ingat, beberapa teman sekelas diskors karena menyelinap ke laboratorium kimia dan mencoba menggunakan tungku Bunsen untuk merebus air. Trik favorit lainnya, 2 siswa masuk ruang guru, kemudian salah satunya mengalihkan perhatian guru. Sementara itu, satunya lagi diam-diam menuangkan air dari ketel,” sambungnya.
Seorang ahli gizi Leila Bakri juga mengaku Indomie rasa mie goreng adalah kelemahan nomor 1 baginya. Meski tahu tidak sehat, ia tak mampu menolaknya.
“Mie instan pada umumnya bukanlah makanan yang benar-benar sehat karena kandungan natrium, MSG, dan bahan olahan di dalamnya. Tapi aku sungguh tak bisa menahannya. Saya tumbuh besar dengan makan Indomie di rumah. Mudah dibuat, murah, dan sangat mengenyangkan.
Saya mencoba membuatnya lebih sehat dengan menambahkan ayam, sayuran, apapun yang segar. Saya bahkan mencoba membuat versi saya sendiri. Namun, kenyataannya, sekeras apapun saya mencoba, saya tak akan pernah bisa menciptakan kembali rasa Indomie yang otentik,” tuturnya.
Baca Juga : Warunk Makan dengan Suasana Kampung yang Ada di Cibubur
Merek Indomie punya tempat tersendiri di lingkungan budaya pop Arab Saudi. Tak tanggung-tanggung, logonya tampil di beragam pernak-pernik, seperti kaos oblong dan peralatan dapur, pin dan stiker, bahkan gim seluler berumur pendek pada 2013, Indomie Dash.
Mie goreng menjadi rasa paling populer dari merek Indomie. Padahal, ada banyak rasa tersedia, mulai dari mi goreng pedas, kari ayam, kaldu sapi, bahkan pilihan vegetarian.
Rasa-rasa yang langka pun telah menyebabkan pasar gelap aneh mie instan. Harganya dibanderol sangat mahal di Ebay. Satu pak berisi 5 bungkus mi goreng rata-rata berharga 7,45 riyal (Rp27 ribu). Namun, 1 kotak berisi 20 bungkus Indomie Relish, sebuah rasa yang dirilis di Nigeria, dibanderol USD 70 (Rp982 ribu) di Ebay.
Popularitas rasa Indomie juga menginspirasi kreasi es krim rasa mie goreng di Indonesia. Tak sampai di situ, toko daring Australia Grey Lines merilis sederet lilin beraroma mie goreng pada 2019.
Namun, tak ada yang menyamai kecintaan Arab Saudi terhadap mi instan ini. Dalam salah satu wawancara, CEO Indofood Franciscus Welirang mengatakan konsumen Indomie di Arab Saudi kini sudah memasuki generasi kedua. Indomie juga mendominasi 95 persen pasar mi instan di Arab Saudi, meski ada sejumlah pesaing, menurut Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah. (**/red)