Wamenlu: Mineral Kritis Semakin Jadi Kunci Bagi Negara Berkembang

by VOICEINDONESIA.CO- Afifah
0 comments
A+A-
Reset

VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menegaskan pentingnya kerja sama antara negara berkembang dalam aspek pengembangan mineral kritis yang menjadi kunci dan alat tawar yang penting menghadapi negara-negara maju.

“Mineral kritis memberi daya ungkit yang penting bagi negara-negara Non-Blok,” kata Havas dalam konferensi pers di sela-sela agenda peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika oleh CSIS Indonesia di Jakarta, Rabu (16/4/2025).

Menurut Wamenlu, saat ini tak sedikit negara-negara berkembang dan anggota Gerakan Non-Blok baik di Asia, Amerika Latin, maupun Afrika yang memiliki kekayaan sumber daya mineral kritis.

Baca Juga: KP2MI Kembali Fasilitasi Kepulangan 124 Pekerja Migran dari Arab Saudi

“Sayangnya, masih belum ada suatu diskusi yang layak antara negara-negara Non-Blok terkait hal tersebut,” ucap dia.

Havas mengatakan, dialog antarnegara terkait mineral kritis yang selama ini berlangsung hanya dalam taraf regional dan belum pada tingkat yang lebih luas antara negara-negara berkembang sedunia.

Padahal, dialog dalam taraf yang lebih luas dapat menjadi wahana bagi negara-negara berkembang untuk saling belajar dan mendalami cara mengoptimalkan sumber daya mineral kritis supaya mendatangkan keuntungan ekonomi yang signifikan.

Baca Juga: Pemerintah Terbitkan Perpres Tentang Tunjangan Kinerja Dosen

Terlebih, sejak berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 dan pembentukan Gerakan Non-Blok kemudian, negara-negara Non-Blok yang kala itu masih miskin mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga saat ini.

Nilai produk domestik bruto (PDB) sejumlah negara Non-Blok pun saat ini telah menandingi negara-negara yang sudah mapan sejak dulu, sebagaimana PDB Indonesia dengan Belanda, kata Wamenlu.

“Dinamika dan daya tawar yang kita miliki saat ini sudah berbeda, dan artinya, negara-negara Non-Blok saat ini memiliki daya tawar yang jauh lebih besar dari dulu,” ucap dia, menambahkan.

Selain mineral kritis, Wamenlu menyoroti pentingnya kerja sama negara berkembang dalam mencari alternatif pembiayaan perubahan iklim setelah janji dari negara-negara Barat untuk mengucurkan hingga 100 miliar dolar AS untuk tujuan tersebut kemungkinan belum akan terwujud dalam waktu dekat.

Havas juga mendorong kolaborasi antara negara berkembang dalam penentuan harga jumlah gas efek rumah kaca (carbon pricing) yang adil untuk membiayai mitigasi perubahan iklim.*

Baca juga

Tinggalkan Komentar

Tentang VOICEINDONESIA.CO

LOGO-VOICEINDONESIA.CO-Copy

VOICEIndonesia.co Merupakan Rumah untuk berkarya, Menyalurkan Bakat, Ide, Beradu Gagasan menyampaikan suara Rakyat dari pelosok Negeri dan Portal berita pertama di Indonesia yang secara khusus mengulas informasi seputar Ketenagakerjaan, Juga menyajikan berita-berita Nasional,Regional dan Global . VOICEIndonesia.co dedikasikan bukan hanya sekedar portal informasi berita online biasa,Namun lebih dari itu, menjadi media mainstream online pertama di Indonesia,menekankan akurasi berita yang tepat,cepat dan berimbang , cover both side, reading tourism, user friendly, serta riset.

KONTAK

HOTLINE / WHATSAPP :

Follow VOICEINDONESIA.CO