VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin menegaskan komitmen pemerintah meningkatkan kapasitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui pelatihan dan pendidikan vokasional optimal.
Menurutnya, pemerintah tidak hanya fokus melindungi mereka secara hukum, tetapi juga membekali keterampilan yang kompetitif.
“Ini bentuk nyata negara hadir, tidak hanya melepas tenaga kerja ke luar negeri, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan,” kata Mukhtarudin di Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Baca Juga: Malaysia Gelar AFML ke-18 Perkuat Perlindungan Pekerja Migran di Kawasan
Selain itu, ia menyampaikan, pemerintah tengah menargetkan devisa dari remitansi PMI mencapai Rp439 triliun pada 2025. Target ini menjadikan para PMI sebagai pahlawan devisa sekaligus wajah bangsa di mata dunia.
Bank Indonesia mencatat remitansi Pekerja Migran Indonesia pada 2024 mencapai Rp251 triliun, naik signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah menargetkan angka tersebut melonjak menjadi Rp439 triliun pada 2025, didorong peningkatan penempatan tenaga kerja ke Asia dan Eropa.
Baca Juga: BP3MI Kalbar Ingatkan Anak Muda Waspadai Perekrutan Ilegal PMI
Pada triwulan I-2025, devisa dari kompensasi Pekerja Migran Indonesia mencapai USD74 juta, dengan remitansi total USD4,139 juta. Peningkatan ini didorong penempatan ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Namun, di balik kontribusi ekonomi besar ini, Pekerja Migran Indonesia sering menghadapi tantangan serius seperti eksploitasi, kekerasan, dan kurangnya keterampilan kompetitif. Kasus perdagangan orang dan penempatan nonprosedural masih marak, terutama di kalangan pekerja informal.
Mukhtarudin menekankan Kementerian P2MI harus memastikan setiap pekerja migran mendapatkan pelatihan dan pendidikan optimal, terutama pendidikan vokasional. Program yang akan digulirkan mencakup standarisasi kurikulum vokasi untuk mengantisipasi kebutuhan pasar kerja global.
Kementerian P2MI telah memulai inisiatif seperti kerja sama dengan PT BIRU untuk pelatihan vokasi menuju Jepang, mencakup keterampilan teknis dan bahasa. Ada juga dorongan pembentukan “Kelas Migran” di SMK dan SMA sebagai ekstrakurikuler yang membekali siswa kemampuan bahasa, keterampilan kerja, dan kesiapan mental sejak dini.
Pelatihan khusus juga mencakup kurikulum Bela Negara yang memperkuat aspek fisik, mental, budaya Indonesia, dan adaptasi di negara tujuan. Mukhtarudin juga meresmikan Desa Migran Emas di NTB sebagai model akses informasi, keterampilan, dan pendampingan hukum bagi calon Pekerja Migran Indonesia.
Inisiatif ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga identitas nasional. Dengan membekali Pekerja Migran Indonesia keterampilan vokasional, Indonesia berharap mengurangi kasus eksploitasi dan meningkatkan citra bangsa di mata dunia.
“Remitansi bukan sekadar kiriman uang, tapi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan,” ungkap Mukhtarudin.
Sementara itu, Anggota DPR RI Sarmuji yakin bahwa dengan kepemimpinan Mukhtarudin, kementerian akan berfokus pada penguatan regulasi dan peningkatan kualitas pelatihan.
Sarmuji meyakini pekerja migran yang semakin terlatih dan terdidik akan semakin mampu melindungi diri mereka sendiri. Dengan dukungan Asta Cita Prabowo, Ia berharap, Kementerian P2MI di bawah Mukhtarudin menjadi pilar utama mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
“Pekerja migran yang makin terlatih dan terdidik akan makin mampu melindungi dirinya,” beber Sarmuji.
Pemerintah berjanji negara akan hadir sepenuhnya, baik sebelum, selama, dan setelah bekerja di luar negeri. Komitmen ini untuk memastikan para pahlawan devisa kembali dengan martabat yang utuh.