Baca juga: BPJS ketenagakerjaan Sebut JKP Lindungi Pekerja Korban PHK
Semangat berkarya ini berawal dari keinginan mereka untuk menambah penghasilan sekaligus membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi alasan untuk pasrah. Mereka belajar dari sesama penyandang disabilitas yang telah lebih dulu sukses merintis usaha serupa.
Proses belajar itu memberi mereka tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga semangat dan inspirasi dari kisah perjuangan yang mereka dengar. Selain itu, mereka juga mendapat pendampingan dari sekelompok mahasiswa relawan dari sejumlah perguruan tinggi di Probolinggo.
“Menjadi salah satu volunter kegiatan ini membuat saya bersyukur dan sadar bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya, selagi ada niat dari diri sendiri. Saya bangga dan terharu sekali melihat anak-anak berkarya dan mau bekerja walaupun kesulitan melihat,” ucap Unzilatul Rohma, salah satu volunter.
Hasil kerajinan keset ini diberi label Arta Proya, singkatan dari Arek Buta Probolinggo Raya. Satu keset dijual dengan harga Rp30.000. Selain dijual di pasar minggu Alun-alun Kota Probolinggo, mereka juga memasarkan produknya melalui media sosial.