VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Pemerintah didorong untuk segera melakukan transformasi dalam pola pelatihan bagi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) agar selaras dengan perkembangan zaman dan kebutuhan generasi saat ini.
Ketua Umum Perkumpulan Penyelenggara Pelatihan Vokasi Pekerja Migran Indonesia (P3VOKASI-PMI), Faisaludin Sondeng, menilai pelatihan CPMI saat ini masih terlalu konvensional.
Metode tatap muka dinilai tidak lagi relevan, khususnya bagi generasi milenial dan Gen Z yang membutuhkan cara belajar yang lebih fleksibel, cepat, dan berbasis teknologi.
Baca Juga: Laksa Singapore Pinky: Dari Gulung Tikar Karena Pandemi, Kini Bankit dan Buka Gerai di Bekasi
“Di era digital ini, pelatihan sudah seharusnya dilakukan secara daring atau hybrid. CPMI bisa mengikuti pelatihan dari mana saja tanpa perlu meninggalkan pekerjaan atau keluarga. Ini akan jauh lebih efisien secara waktu maupun biaya,” tegas Faisal Sondeng di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Ia juga menambahkan bahwa studi terkait pola belajar generasi muda saat ini menunjukkan kecenderungan pada metode yang interaktif, visual, dan digital. Hal ini harus menjadi dasar dalam menyusun ulang sistem pelatihan CPMI.
Menurutnya, persaingan kerja di tingkat global semakin ketat, terlebih pada bidang-bidang yang memerlukan keterampilan khusus.
Baca Juga: Polisi Tetapkan 20 Orang Tersangka Kericuhan di Mapolda dan DPRD NTB
Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyiapkan tenaga kerja migran yang kompeten dan siap bersaing secara internasional.
Langkah modernisasi pelatihan ini, kata Faisal Sondeng, harus menjadi bagian dari strategi nasional pemberdayaan pekerja migran dan perlindungan mereka sejak sebelum keberangkatan.
“Jika pemerintah serius menyiapkan tenaga kerja unggul, pelatihan yang adaptif dan efisien adalah keharusan, bukan pilihan,” tutupnya.