VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin mengingatkan bahwa Kamboja bukanlah negara yang aman untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) pun telah berulang kali mengimbau agar warga Indonesia tidak mencari kerja ke negara tersebut.
“Kita terus mengkampanyekan dan menyosialisasikan bahwa Kamboja bukan tempat aman untuk pekerja migran kita,” kata Cak Imin di Jakarta pada Senin (27/10/2025).
Pernyataan tegas ini muncul setelah 110 WNI korban penipuan online atau scam di Kamboja akan segera dipulangkan ke tanah air. Mereka berhasil melarikan diri dari perusahaan online scam di Kota Chrey Thum, Provinsi Kandal yang telah menjerat ratusan warga Indonesia.
Baca Juga: KBRI Yangon Kawal Pemulangan 83 WNI Korban Sindikat Kejahatan Siber di Myanmar
Dari jumlah tersebut, 97 orang berhasil melarikan diri lebih dahulu dengan usaha sendiri, sedangkan 13 lainnya diselamatkan langsung oleh tim Kementerian P2MI di lapangan. Para korban rata-rata ditipu oleh penawar kerja yang menjanjikan pekerjaan di negara aman seperti Malaysia, tetapi akhirnya dibawa ke Kamboja untuk bekerja di pusat penipuan online.
Cak Imin mengakui pemerintah Kamboja belum memiliki sistem yang jelas untuk melindungi pekerja migran di negaranya. Kondisi ini membuat PMI sangat rentan menjadi korban perdagangan orang dan eksploitasi kerja paksa di berbagai perusahaan penipuan.
Namun, bagi PMI yang sudah terlanjur berada di Kamboja, Cak Imin meminta mereka berkomunikasi secara aktif dengan KBRI setempat. Kedutaan besar siap menjadi garda terdepan dalam melindungi warga negara Indonesia yang mengalami masalah di sana.
“KBRI di sana setiap saat membuka diri untuk terus menjadi bagian dari solusi yang dihadapi warga kita,” ungkapnya dengan tegas.
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun pemerintah, setidaknya terdapat 100 ribu PMI yang kini berada di Kamboja dan bekerja di berbagai sektor. Jumlah besar ini menunjukkan tingginya minat warga Indonesia mencari penghidupan di negara tetangga tersebut meskipun risikonya sangat tinggi.
“100.000 orang (WNI) itu, baik yang bekerja di sektor tertentu maupun yang men-support makanannya, konsumsi hariannya. Makanya di sana ada soto lamongan, ada rujak cingur, ada pecel madiun, ada di sana,” ucap Ketua Umum PKB itu menggambarkan besarnya komunitas Indonesia di Kamboja.
Ke depan, Cak Imin mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih negara tujuan bekerja. Ia menekankan pentingnya melewati prosedur resmi melalui migrant center yang ada di setiap daerah untuk menghindari jebakan sindikat perdagangan manusia.
“Sekali lagi kepada seluruh warga bangsa yang mau bekerja ke luar negeri. Utamakan melalui pemahaman yang utuh migran center di tempat masing-masing untuk tidak salah pilih,” tandasnya.
Kasus 110 WNI yang menjadi korban online scam ini menambah panjang daftar warga Indonesia yang terjebak dalam sindikat kejahatan terorganisir di Kamboja. Pemerintah terus berupaya menyelamatkan warga negara yang menjadi korban dengan berkoordinasi intensif bersama otoritas setempat dan KBRI Phnom Penh.
