Wapres juga optimis, dengan melihat potensi kekayaan kuliner yang bervariasi dengan kandungan rempah, Indonesia dapat mencapai visi produsen industri halal terbesar di dunia pada tahun 2024.
“Kita yakin, insyaallah, kita bisa menjadi produsen makanan halal terbesar. Apalagi didukung dengan kekayaan aneka bumbu rempah eksotis,” jelasnya.
Lebih jauh Wapres menekankan bahwa fenomena yang terjadi di tengah masyarakat juga perlu diperhatikan, salah satunya karena pandemi COVID-19 ini. Masyarakat telah terbiasa menerapkan protokol kesehatan, membuat pemilihan makanan juga lebih selektif ke makanan yang sehat, bersih dan higienis. Perilaku tersebut dapat menjadi peluang minat masyarakat terhadap makanan halal, tidak hanya bagi umat muslim.
“Pengembangan ekosistem makanan halal juga perlu memperhatikan perubahan perilaku konsumen,” tuturnya.
Selain itu, Wapres menilai bidang teknologi juga mempengaruhi masyarakat dalam memilih makanan. Kemudahan masyarakat dalam mengakses pilihan makanan, pembayaran, dan pengantaran makanan secara daring menjadikan makanan tersebut menjadi preferensi utama dibandingkan makanan lain yang hanya mengandalkan jual beli secara luring.