“Contohnya, kayak kemarin bencana di China. Ada satu kota itu semuanya sudah ‘cashless‘. Ternyata ‘blank out‘, banjir. Jadi ketika mereka mau beli kebutuhan dasar nggak bisa. Karena semua mengandalkan QRIS dan transfer,” kata Yohan.
BPBD DKI Jakarta juga telah mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi megathrust. Misalnya saja mengkaji informasi dan data yang ada.
“Kita dapat informasi ya, bahkan BMKG sendiri kan naruh alat di BPBD. Itu namanya TEWS (Tsunami Early Warning System). Satu paket jadinya, jadi itu meng-‘cover‘ seluruh wilayah di Indonesia. Dan itu setiap ada gempa, itu pasti akan notifikasi, akan bunyi,” kata Yohan.
Yohan pun mengatakan pihaknya kini juga fokus terus memantau wilayah-wilayah yang diprakirakan akan terdampak megathrust.*