VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina mengingatkan bahwa fase paling krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji justru terjadi setelah puncak haji, bukan saat pelaksanaannya.
Menurutnya, pada fase pascapuncak, kondisi fisik dan psikis jemaah, terutama lansia dan penyandang disabilitas, mulai menurun drastis.
“Banyak yang mengalami gangguan psikis karena terpisah dari pendamping atau pasangan. Ini sangat rentan,” ujar Selly dalam keterangan tertulis, Jumat (7/6/2025).
Sebagai anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Selly menilai Kementerian Agama harus menyiapkan skenario teknis terstruktur untuk menangani fase ini.
Baca Juga: BP3MI Riau Cegah CPMI Ilegal ke Singapura
Minimnya mitigasi risiko, kata dia, bisa berdampak pada meningkatnya angka kematian dan gangguan kesehatan jemaah.
Ia juga menyoroti lemahnya komunikasi antara pemerintah Arab Saudi (syarikah), Kementerian Agama, dan petugas haji di lapangan.
Menurutnya, informasi kerap terhenti di pusat dan tidak tersampaikan ke petugas teknis seperti ketua kloter, pembimbing ibadah, hingga petugas konsumsi dan transportasi.
Baca Juga: Kemnaker Apresiasi KPK Luncurkan AKSESKU 3.0 untuk Berantas Korupsi
“Bahkan ada kasus jemaah diturunkan di tengah jalan karena miskomunikasi. Ini sangat mengkhawatirkan,” tegasnya.
Selly menekankan bahwa kesuksesan haji bukan hanya dinilai dari kelancaran saat puncak ibadah, tetapi juga dari keselamatan, kenyamanan, dan keutuhan layanan hingga akhir rangkaian haji.
Ia meminta pemerintah memastikan sistem komunikasi dan koordinasi lapangan berjalan optimal, demi menghindari kebingungan yang bisa membahayakan jemaah.