VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Jenderal TNI (Purn) Djamari Chaniago mengingatkan peserta Program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (P3N) XXVI Lemhannas RI agar memahami arah kebijakan dan strategi keamanan nasional di tengah perubahan global yang cepat.
Ia menegaskan, pemahaman tersebut penting agar Visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud secara berkesinambungan di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks.
“Mengutip pidato Presiden Prabowo pada Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York pada 23 September 2025 lalu, dengan lantang Beliau menyerukan sikap tegas Indonesia dalam upaya menjaga dan mewujudkan perdamaian dunia,” ujar Menko Polkam Djamari Chaniago dalam Kuliah Umum P3N XXVI Lemhannas RI, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Baca Juga: Kemenko Polkam: Tata Kelola Data Jadi Kunci Pembangunan Inklusif di NTT
Menko Polkam menekankan agar para peserta tidak menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan global serta terus mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Seperti kata Pak Presiden, saat ini dunia digerakkan oleh konflik, ketidakadilan, dan ketidakpastian yang semakin dalam. Dalam menghadapi tantangan ini, kita tidak boleh menyerah. Kita tidak boleh mengorbankan harapan atau cita-cita kita,” katanya.
Baca Juga: Kemenko Polkam Tegaskan Pentingnya Netralitas Negara dalam Konflik Laut
Djamari meminta para peserta P3N untuk selalu waspada terhadap potensi dan ancaman baik di tingkat nasional maupun global. Ia menyinggung laporan *Global Risk Perception Survey* 2024–2025 yang menunjukkan kondisi dunia dipengaruhi oleh lima faktor utama: ekonomi, lingkungan, geopolitik, sosial, dan teknologi.
“Pemahaman tentang arah perkembangan global merupakan langkah yang sangat penting dalam memotret stabilitas politik dan keamanan suatu negara,” kata Djamari.
Menko Polkam juga mengingatkan pentingnya keteladanan dan empati bagi pejabat negara. Ia mencontohkan, pejabat tinggi tidak perlu menggunakan pengawalan berlebihan yang justru dapat mengganggu masyarakat.
“Kita harus sering banyak bertemu dan berbicara dengan rakyat. Kalau saya, caranya berkomunikasi di jalan raya saat berangkat dan pulang kantor. Saya menaati peraturan lalu lintas, tidak menerobos lampu merah, tidak menggunakan *vooridjer* (pengawal jalan), dan tidak ada satuan pengaman, karena yang punya hak itu hanya presiden dan wakil presiden,” ujarnya.
Djamari menegaskan, tanpa pengawalan dirinya tetap merasa aman.
“Ini adalah contoh keteladanan. Kita sering bicara bahwa negeri kita aman dan kondusif, tetapi kenapa harus dikawal. Makanya ini dapat menyakiti hati rakyat,” katanya.
Selain itu, ia meminta peserta mendukung Program Unggulan Presiden seperti Makan Bergizi Gratis, Cek Kesehatan Gratis, Sekolah Rakyat, dan Sekolah Garuda. Menurutnya, program tersebut bertujuan menyiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
“Program ini bisa gagal kalau pengamanan, khususnya di laut, lengah dalam menindak bahaya narkoba. Saya tekankan pada BNN dan Bakamla, jangan sampai lengah dan jangan tergoda, karena masalah narkoba ini sangat kritis di Indonesia,” kata Djamari.
Sementara itu, Gubernur Lemhannas RI Ace Hasan Syadzily menjelaskan, peserta P3N XXVI berjumlah 253 orang yang berasal dari unsur TNI, Polri, kementerian, lembaga, pemerintah daerah, akademisi, tokoh masyarakat, dan partai politik.
“Bagi kami, isu politik dan keamanan menjadi prasyarat penting untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Dengan berbagai kebijakan Presiden, terutama di bidang politik dan keamanan, penting bagi para peserta mengetahui arah kebijakan ke depan,” kata Ace.