VOICEINDONESIA.CO, Surakarta – Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kementerian Agama (Kemenag) membuka peluang pendanaan riset kolaboratif melalui program MoRA The Air Fund. Program ini dirancang untuk mendorong para dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly menghasilkan riset yang inovatif dan bermanfaat luas.
Kepala Puspenma Kemenag, Ruchman Basori menekankan agar para dosen tidak menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Ia menyebut, pendanaan riset dengan anggaran memadai jarang sekali datang, sehingga harus disambut dengan kesiapan penuh dari kalangan akademisi.
“Kesempatan pendanaan riset yang memadai telah datang, para dosen harus semangat, mempersiapkan proposal-proposal yang bagus untuk menjawab problem kemasyarakatan, keagamaan, sosial ekonomi, dan merespons kemajuan sains dan teknologi,” katanya dalam Sosialisasi MoRA The Air Fund di UIN Raden Mas Said Surakarta pada Senin (1/9/2025).
Baca Juga: Klarifikasi Pernyataan Soal Guru, Menag: Mohon Maaf, Tidak Ada Niat Merendahkan
Ia menambahkan bahwa dana ini tidak hanya untuk dosen perguruan tinggi Islam, tetapi juga dosen di bawah Ditjen Bimas Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, hingga entitas Ma’had Aly.
Menurut Ruchman, Puspenma Kemenag ingin membuka akses riset lebih luas. Dengan begitu, kolaborasi antarperguruan tinggi keagamaan bisa berkembang lebih pesat dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.
“MoRA The Air Fund adalah bentuk keberpihakan negara pada peningkatan kualitas penelitian. Dengan dana yang tersedia, para dosen harus berani merumuskan ide-ide besar yang berdampak luas,” ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Rp150 Miliar untuk Riset Dosen PTK, Ini Syaratnya
Ketua Tim Kerja Puspenma, Hendro Dwi Antoro, menegaskan bahwa ada sejumlah persyaratan bagi dosen yang ingin mengajukan proposal.
“Periset utama harus WNI, berasal dari PTK, memiliki kualifikasi akademik doktor dengan jenjang kepangkatan minimal lektor, serta memiliki sinta score overall minimal 50. Selain itu, diutamakan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang masuk 500 besar dunia,” katanya.
Ia juga menambahkan, untuk dosen Ma’had Aly syaratnya berbeda. Mereka minimal bergelar magister, memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai dosen dari Mudir Ma’had Aly, serta mendapatkan rekomendasi dari majelis masyayikh.
Bagi yang ingin mendaftar, Puspenma membuka pendaftaran MoRA The Air Fund Tahun 2025 pada awal September. Seleksi dilakukan untuk menjaring para periset berkualitas dari berbagai latar belakang keilmuan.
Pada 2024, tercatat lebih dari 350 proposal penelitian masuk. Namun, hanya 47 proposal yang lolos seleksi dan memperoleh pendanaan. Tahun ini, Puspenma menargetkan jumlah proposal yang diajukan meningkat, sekaligus menghasilkan penelitian yang lebih kuat dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Toto Suharto, menyambut baik program riset kolaboratif ini. Ia berharap semakin banyak dosen dari kampusnya yang terlibat dan lolos seleksi pada tahun berjalan.
“Kalau pada 2024 dosen UIN Surakarta baru tiga kelompok periset yang mendapatkan anggaran ini, maka pada tahun 2025 harus lebih banyak lagi, dan kita sangat bisa,” ucapnya.
MoRA The Air Fund, kata Toto, menjadi jalan bagi dosen untuk meningkatkan kapasitas riset sekaligus memperkuat peran kampus dalam menjawab kebutuhan bangsa.