VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko mendorong pemerintah daerah (Pemda) menggandeng asosiasi profesi teknik sipil untuk segera melakukan audit menyeluruh terhadap bangunan pesantren di seluruh Indonesia. Hal ini menyusul insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo yang menewaskan beberapa santri.
“Pesantren adalah tempat pendidikan yang dihuni ratusan santri. Karena itu, bangunannya harus melalui audit teknis secara berkala, mulai dari pondasi, kolom, hingga kualitas material,” ujar Sudjatmiko dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (5/10/2025).
Ia menambahkan bahwa setiap pembangunan fasilitas pendidikan berbasis komunitas harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan memperhatikan ketentuan yang ada dalam SNI 1726:2019 mengenai tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung.
“Perhitungan struktur harus mengacu pada SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Kita tidak bisa lagi membangun dengan cara seadanya,” tegasnya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjelaskan, audit juga perlu dilengkapi dengan mekanisme pengawasan pembangunan oleh tenaga ahli bersertifikat.
“Jangan biarkan pembangunan dilakukan tanpa supervisi profesional. Di sinilah peran pemerintah daerah dan organisasi profesi untuk turun langsung,” ujarnya.
Selain audit, Sudjatmiko mendorong pemerintah menyediakan skema bantuan dana bagi pesantren yang ingin memperbaiki atau menstandarkan bangunannya. “Pesantren sering membangun dengan dana terbatas. Pemerintah bisa hadir melalui program renovasi dan standarisasi untuk memastikan keamanan santri,” katanya.
Ia menegaskan bahwa keselamatan konstruksi bukan sekadar urusan teknis, tetapi bagian dari tanggung jawab moral negara terhadap dunia pendidikan.
“Bangunan yang aman adalah bentuk penghormatan terhadap kehidupan. Audit bukan sekadar formalitas, tapi bagian dari perlindungan nyawa,” pungkasnya.
Ia juga mendesak agar tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny dijadikan pelajaran nasional untuk memperbaiki tata kelola pembangunan di Indonesia. Ia menegaskan, tidak boleh ada lagi nyawa santri yang menjadi korban akibat kesalahan struktur bangunan.
“Bangunan pendidikan adalah ruang kehidupan. Kalau ia runtuh karena salah perhitungan, itu bukan sekadar kecelakaan teknis, tapi tragedi kemanusiaan,” ujar Sudjatmiko.