JAKARTA,AKUUPDATE.ID-Konferensi Wilayah Pimpinan Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (PWNU DKI) yang rencananya akan berlangsung pada April 2021 mendatang semakin dekat. Sebagaimana diketahui, masa kepengurusan periode 2016-2021 PWNU DKI Jakarta akan selesai pada Mei 2021. Forum Konferwil 2021 PWNU DKI Jakarta akan menentukan kepengurusan PWNU DKI Jakarta untuk periode 2021-2026.
Ada beberapa pernyataan dan harapan yang disampaikan oleh Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta H. Saiful Rahmat Dasuki saat dimintai keterangannya terkait persyaratan dan harapannya untuk calon ketua PWNU DKI Jakarta.
Menjelang Konferensi Wilayah (Konferwil) PWNU DKI Jakarta. Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta H. Saiful Rahmat Dasuki mengatakan ada beberapa hal penting yang harus dimiliki calon ketua PWNU DKI Jakarta, yaitu Kader murni yang lahir dari NU. Pemimpin yang hadir melalui proses keyakinan dan pembelajaran nilai-nilai NU, dan menyadari bahwa apa yang akan dilakukan sesuai dengan visi misi NU.
Pemimpin yang terpilih melalui proses internalisasi juga dinilai akan bertekad dalam mentaati, melaksanakan, dan mengamalkan amanah dengan penuh rasa tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan NU. Karena loyalitas yang di miliki oleh seorang pemimpin juga akan berpengaruh pada kelanjutan NU.
Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta H. Saiful Rahmat Dasuki juga berharap pemimpin NU DKI Jakarta nantinya akan menjaga komitmennya terhadap Jam’iyah NU.
Baca Juga : Rakernas LBH Ansor 2021: Tegakkan yang Adil untuk Semua
“Pemimpin yang muncul melalui proses internalisasi yang teruji loyalitas dan komitmennya terhadap Jam’iyah,” ujar Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta H. Saiful Rahmat Dasuki saat dimintai keterangan terkait Konferensi Wilayah PWNU DKI (04/03).
Menurut H. Saiful, pemimpin NU DKI Jakarta ke depan mesti ahli terutama di bidang ilmu agama dan profesional yang tidak menjadikan NU hanya sebatas batu pijakan kepentingan pribadi.
Karena setiap warga NU meyakini bahwa jika kepengurusan ini di pimpin oleh seseorang yang berlatar belakang politik atau politisi, maka akan menghalangi keberpihakannya karena memiliki kepentingan pribadi.
“PWNU DKI pernah di pimpin dari kalangan politisi atau birokrat yang ternyata keberpihakan akan terhalang oleh kepentingan pribadi latar belakang mereka, sehingga bersikap tidak tegak lurus dengan kepemimpinan di atasnya,” tegasnya.
Keluarga Besar NU ingin perekrutan personal kepengurusan yang di ambil dari kader dan lembaga keluarga besar NU.
“Perekrutan personal kepengurusan di ambil dari kader-kader NU yang sudah berproses di badan otonom (Banom) atau pun lembaga-lembaga yang menjadi bagian dari keluarga besar NU,” tutupnya. (Sundari)