JAKARTA,AKUUPDATE.ID – Para pemegang saham PT Timah Tbk (TINS) menetapkan kembali Riza Pahlevi Tabrani sebagai Direktur Utama. Bersama dengan itu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga menetapkan Wibisono sebagai Direktur Keuangan & Manajemen Resiko, Agung Pratama sebagai Direktur Operasi dan Produksi, lalu ssbagai Direktur Pengembangan Usaha adalah Alwin Albar , Purwoko sebagai Direktur Niaga, serta Direktur Sumber Daya Manusia diisi oleh Muhammad Rizki.
“Saya sudah habis diperiode pertama. Tapi RUPS memutuskan saya melanjutkan di periode kedua,” ungkap Riza disela konferensi pers virtual, Selasa (6/4).
Sepanjang tahun 2020 lalu dibawah kepemimpinan Riza awan mendung masih menaungi Timah lantaran perusahaan masih saja terus merugi.
Baca Juga : Teknologi Kincir Air Hemat Energi untuk Budidaya Perikanan Nasional
Rugi bersih TINS pada periode 2020 tercatat sebesar Rp341 miliar. Realisasi itu memang lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar Rp611 miliar
Untuk tahun 2020 TINS juga tidak membagikan dividen kepada para pemegang saham. Menurut Wibisono realisasi kinerja keuangan yang masih tertekan membuat manajemen bersama dengan para pemegang saham sepakat tidak bagikan dividen tahun lalu.
“Kami masih membukukan negatif. Tapi kita mengalami perbaikan secara fundamental maupun neraca dan arus kas. Kerugian yang semakin mengecil. Jadi ini perbaikan masih baik. 2021 ini semoga bisa lebih baik dari 2020,” ungkap Wibisono, Direktur Keuangan Timah.
TINS sepanjang tahun lalu membukukan pendapatan usaha
sebesar Rp 15,22 triliun, lebih rendah 21,33% dari tahun sebelumnya sebesar Rp19,34 triliun. Berbanding lurus dengan pendapatan, beban pokok pendapatan turun sebesar 22,54% menjadi Rp 14,10 triliun dari tahun sebelumnya Rp 18,20 triliun.
Pada tahun 2020 rasio Gross Profit Margin (GPM) adalah 7,36% atau membaik dari tahun sebelumnya 5,91%. Hal serupa terlihat pula dari rasio Net Profit Margin (NPM) menjadi minus 2,24% dibandingkan tahun 2019 sebesar minus 3,16%.
Membaiknya finansial TINS terlihat dari beberapa perspektif berikut, diantaranya cashflow operasi sebesar Rp 5,40 triliun atau naik dibandingkan tahun 2019 sebesar minus Rp 2,08 triliun. EBITDA naik menjadi Rp 1,16 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 909 miliar. Adapun untuk Modal Kerja Bersih meningkat signifikan menjadi sebesar Rp 692,09 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 348,87 miliar.
Pada periode tahun 2020 Perseroan berhasil menurunkan utang bank sebesar Rp 4,22 triliun (2019: Rp 8,79 triliun). Kemudian TINS sudah melunasi obligasi dan sukuk yang telah jatuh tempo pada September 2020 sebesar Rp 600 miliar. Sehingga total utang
berbunga turun sebesar Rp 4,82 triliun.
“Jadi, kita ketahui di 2020 biaya bunga cukup signifikan Rp600 miliar dibandingkan 2019 sekitar Rp780 miliar. Penurunan memang belum signifikan karena kita pelunasan bertahap,” kata Wibisono.(red)