VOICEINDONESIA.CO, Trenggalek – Ribuan nelayan di kawasan Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, terpaksa berhenti melaut akibat cuaca ekstrem yang melanda perairan selatan. Ironisnya, kondisi ini terjadi di tengah musim panen raya ikan, ketika hasil laut justru sedang melimpah.
Sudah empat bulan terakhir, cuaca buruk dengan gelombang tinggi mencapai 4 hingga 5 meter terus menerjang laut selatan. Cuaca ekstrem ini menyebabkan aktivitas melaut nyaris lumpuh total, membuat mayoritas nelayan setempat kehilangan mata pencaharian utama mereka.
Mamad, salah satu nelayan Prigi, mengungkapkan bahwa seharusnya bulan Mei hingga Juni merupakan masa panen raya ikan. Namun cuaca ekstrem sejak Maret membuat para nelayan tidak bisa melaut.
“Harusnya bulan ini kami bisa melaut karena sedang musim ikan, tapi kondisi gelombang sangat berbahaya. Ini sangat ironis, saat ikan berlimpah, kami tidak bisa menangkapnya demi keselamatan,” kata Mamad, Senin (7/7/2025).
Mayoritas masyarakat Prigi yang menggantungkan hidup dari sektor perikanan kini menganggur. Meski demikian, Mamad menyebut sebagian nelayan memilih beralih sementara ke sektor pertanian untuk menyambung hidup sambil menunggu cuaca membaik.
“Alhamdulillah sebagian nelayan bisa bertani sambil menunggu laut tenang. Tapi tidak semua punya pilihan itu,” tambahnya.
Dari data yang dihimpun, ada ratusan hingga ribuan nelayan terdampak, termasuk 137 kapal jenis purse seine, kapal tonda, dan nelayan pancing yang tak bisa beroperasi. Tahun-tahun sebelumnya, nelayan masih dapat melaut meski cuaca tidak menentu. Namun, tahun ini kondisi cuaca dinilai lebih ekstrem.
Akibat minimnya pasokan ikan dari laut, harga sejumlah komoditas ikan naik tajam. Misalnya, harga ikan tongkol yang biasanya hanya Rp 4.000 hingga Rp 10.000 per kilogram saat panen raya, kini melonjak menjadi Rp 25.000 per kilogram.(joe)