VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Pemerintah regional Wallonia di Belgia mengambil langkah tegas dengan menyita kargo peralatan militer asal Swiss yang ditujukan ke Israel. Langkah ini mencerminkan meningkatnya kehati-hatian sejumlah negara Eropa terhadap aliran ekspor senjata di tengah memanasnya situasi di Timur Tengah.
Pihak berwenang Belgia menyita kargo tersebut setelah tiba di Bandara Liege, Wallonia, bulan lalu, menurut pejabat setempat pada Rabu (5/11). Penyitaan itu pertama kali dilaporkan majalah berbahasa Prancis Le Vif dan kemudian dibenarkan oleh kantor Perdana Menteri Wallonia Adrien Dolimont, menurut laporan Belga News Agency.
Kasus ini bermula pada 9 Oktober, ketika kabinet Dolimont menerima laporan dari situs berita Swiss Heidi.news yang mengungkap bahwa empat peti berisi peralatan sensitif dari perusahaan Swiss, Swissto12, telah berangkat dari Bandara Zurich menuju Liege pada 7 Oktober.
Kargo tersebut dilaporkan berisi antena dan komponen frekuensi radio untuk perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems, dan dijadwalkan transit hingga 13 Oktober. Namun, sebelum melanjutkan perjalanan, pengiriman itu dihentikan oleh otoritas bea cukai dan pemerintah Wallonia.
Sebuah laporan yang diserahkan pada akhir Oktober menyebutkan bahwa “sejumlah unsur menunjukkan kiriman itu memang dapat dikategorikan sebagai peralatan militer.”
Selain itu, laporan tersebut menegaskan bahwa izin ekspor seharusnya diperoleh di Swiss dan diperlukan pula izin transit di Wallonia, tetapi kedua izin itu tidak ada.
Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Wallonia Adrien Dolimont menegaskan bahwa wilayahnya tidak akan memberi ruang bagi perdagangan senjata yang berpotensi memperkuat kapasitas militer pihak yang terlibat konflik.
“Wallonia tidak memberikan izin ekspor senjata yang dapat memperkuat kapasitas militer angkatan bersenjata dan tetap sangat waspada terhadap pengiriman ke Israel dan wilayah pendudukan,” ujar Dolimont.
Pejabat bea cukai diperintahkan untuk terus menahan kargo tersebut dan memantau secara ketat semua pengiriman serupa yang transit melalui Wallonia menuju Israel.
Langkah ini memperlihatkan bagaimana otoritas regional di Eropa kini mulai mengambil posisi lebih tegas terhadap rantai pasok industri pertahanan, terutama yang terhubung dengan Israel. Keputusan Wallonia juga muncul di tengah meningkatnya tekanan publik dan politik terhadap pemerintah-pemerintah Eropa untuk meninjau kembali izin ekspor senjata ke wilayah konflik.
Meski kebijakan ekspor senjata berada di tangan masing-masing negara atau wilayah, keputusan Wallonia bisa menjadi preseden penting. Sikap ini menandai pergeseran etika politik di Eropa—dari sekadar urusan administratif menjadi pernyataan moral tentang keterlibatan dalam konflik bersenjata global.
