VOICEINDONEISA.CO, Jakarta – Di tengah tantangan geopolitik dan ekonomi global saat ini, salah satu keunggulan Indonesia adalah potensi minyak bumi dan batubara. Meski demikian, Indonesia tetap berkomitmen pada upaya pencapaian transisi energi. Bahlil meminta agar seluruh pemangku kepentingan tetap fokus pada target tersebut dengan mempersiapkan tenaga kerja yang terampil.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), membeberkan ada tiga tugas utama Kementerian ESDM, yakni menaikkan lifting minyak dan gas bumi (migas), membangun hilirisasi di semua sektor, dan transisi energi.
“Ada 3 pekerjaan besar di ESDM pertama meningkatkan lifting minyak, kedua bangun hilirisasi di semua sektor dan ketiga adalah transisi energi dan kita butuh lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar 6,2 juta sampai dengan 2030,” kata Bahlil di gelaran HC Summit, Selasa (3/6).
Tercatat, saat ini terdapat 3.746 jenis pekerjaan di sektor ESDM, 487 jenis di antaranya adalah jenis pekerjaan baru pada tiga sektor utama, yakni Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (KEBTKE), migas, serta geologi, mineral, dan batubara (geominerba). Bahlil pun menegaskan bahwa dalam Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan terus menerus dan kreatif untuk menciptakan peluang lapangan pekerjaan, termasuk dengan bantuan pemangku kepentingan dan badan usaha terkait.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM Prahoro Yulijanto Nurtjahyo menyampaikan bahwa salah satu tujuan diselenggarakannya HCS 2025 adalah untuk penyerahan Policy Document on Human Capital Development in the Framework of Energy Transition Towards NZE 2060, yaitu dokumen panduan dalam pengembangan SDM sektor ESDM.
“Adanya dokumen yang bisa memberikan guideline kepada kita, terutama terkait dengan pengembangan SDM di sektor ESDM. Karena ini menjadi penting, menjadi panutan bagi kita, agar upaya untuk percepatan hilirisasi maupun dengan transisi energi, ini akan lebih clear bagi semua pemangku kepentingan sekaligus stakeholder yang ada di tempat kita,” kata Prahoro. *