VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan defisit APBN 2026 diperkirakan sebesar Rp638,8 triliun atau turun menjadi 3,5 persen dari PDB. Angka ini lebih rendah dibandingkan defisit tahun 2025 dengan keseimbangan primer yang semakin mendekati nol.
Menkeu menjelaskan belanja negara pada RAPBN 2026 tumbuh 7,3 persen dari outlook 2025 menjadi Rp3.786,5 triliun. Alokasi besar diarahkan untuk mendukung program prioritas pemerintah dengan belanja kementerian/lembaga naik signifikan sebesar 17,5 persen menjadi Rp1.498,3 triliun.
Menkeu menegaskan seluruh agenda prioritas Presiden telah masuk dalam alokasi APBN 2026 kecuali yang dilakukan Danantara.
Baca Juga: Menkeu: Dubes RI Kunci Jaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional
“Agenda prioritas Presiden, ketahanan pangan, energi, pendidikan bermutu, kesehatan berkualitas, pembangunan desa koperasi, pertahanan semesta dan percepatan investasi dan perdagangan global, itu semuanya sudah masuk di dalam APBN, kecuali yang tadi dilakukan oleh Danantara secara terpisah,” jelas Menkeu pada Konferensi Pers tentang RAPBN dan Nota Keuangan di Jakarta pada Jumat (15/8/2025).
Belanja non-KL mencapai Rp1.638,2 triliun atau naik 18 persen dari tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, PNBP mengalami penurunan sebesar 4,7 persen menjadi Rp455 triliun terutama karena tidak lagi diperolehnya dividen BUMN.
Baca Juga: Postur APBN 2026, Pendapatan Negara Diproyeksi Capai Rp3.147,7 Triliun
Menkeu menyampaikan komitmen pemerintah untuk menjaga kesehatan fiskal dengan desain defisit primer di angka Rp39,4 triliun pada 2026.
“Kita akan terus menjaga agar APBN tetap bisa sehat,” pungkas Menkeu.