VOICEINDONESIA .CO, Jakarta – PT Pertamina International Shipping (PIS) kesiapan untuk terjun ke bisnis angkutan karbon, khususnya untuk mendukung implementasi Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilisation and Storage (CCS/CCUS). Komitmen ini disampaikan dalam perhelatan The 5th Asia CCUS Network Forum yang berlangsung di Jakarta, Rabu (24/9/2025) lalu.
PIS, sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero), menyoroti pentingnya transportasi CO₂ lintas negara sebagai bagian dari rantai pasok global dekarbonisasi.
“PIS melihat peluang besar untuk berperan sebagai penghubung strategis antara emitor, operator terminal, dan penyedia penyimpanan karbon. Kapabilitas armada dan infrastruktur kami memungkinkan PIS untuk menjadi pemain kunci dalam pengangkutan CO₂ terlikuidasi (LCO₂),” jelas VP Business Development PIS, Muthia Rizky Neldi dalam keterangannya, Jumat (26/9/2025).
PIS sendiri saat ini mengoperasikan lebih dari 106 kapal milik berbagai tipe, termasuk gas carrier, crude carrier, petrochemical carrier, hingga very large gas carrier (VLGC). Sekitar 65 kapal telah melayani rute internasional di 63 jalur perdagangan global dengan dukungan kantor perwakilan di Singapura, Dubai, dan London. Kapabilitas armada ini menjadi fondasi untuk memperluas bisnis ke sektor angkutan karbon lintas negara.
Dalam rencana pengembangan bisnisnya, PIS menyiapkan operasi LCO₂ carriers yang akan mengangkut karbon hasil tangkapan dari sumber emisi industri, seperti pembangkit listrik, kilang, maupun produksi amonia. Karbon yang diangkut akan didistribusikan ke terminal penerima darat, untuk kemudian disalurkan melalui jaringan pipa ke lokasi penyimpanan bawah laut.
Indonesia memiliki potensi besar dalam penyimpanan karbon, salah satunya Cekungan Sunda Asri yang diperkirakan mampu menampung sekitar 1,1 gigaton CO₂. Dengan posisi geografi yang strategis, PIS optimistis dapat memainkan peran penting dalam menjadikan Indonesia pusat CCS/CCUS regional di Asia Tenggara.
Upaya dekarbonisasi PIS juga nampak dari pengembangan solusi teknologi cerdas melalui PIS-SmartShip. Hingga pertengahan 2025, sekitar 50% armada telah dilengkapi fitur SmartShip 2.0 untuk efisiensi operasional dan pemantauan emisi. Teknologi ini mampu menghemat 324 ton bahan bakar dan 1.021 ton CO₂ hanya dalam satu bulan operasi, sekaligus mendukung perhitungan Carbon Intensity Indicator (CII) secara real-time.
“Penerapan teknologi ini menjadi jembatan penting menuju kesiapan PIS dalam mendukung angkutan karbon. Kami tidak hanya menyiapkan kapal yang andal, tetapi juga sistem digital yang memastikan efisiensi energi dan pengurangan emisi di seluruh rantai pasok,” ujar Muthia.
Selain menegaskan kesiapan teknis, partisipasi PIS di forum ini juga menjadi bukti kontribusi aktif Indonesia dalam membangun ekosistem CCS/CCUS di tingkat regional. Hal ini selaras dengan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 serta mendorong pemenuhan komitmen iklim global.
Dengan strategi yang terintegrasi dari laut hingga terminal, PIS memperkuat posisinya sebagai mitra logistik maritim yang mendukung transisi energi global. Perusahaan berkomitmen untuk terus memperluas kolaborasi dengan mitra internasional dalam rangka mewujudkan transportasi karbon yang andal, efisien, dan berkelanjutan.