VOICEINDONESIA.CO – Setiap mendengar kata “pemilihan” di organisasi profesi, perasaan saya selalu campur aduk antara optimis, skeptis, dan kadang datar saja. Namun, tahun ini suasana menuju Pemilihan Raya IAPI cukup terasa berbeda. Hal ini mungkin terjadi karena semakin banyak yang mulai bersuara, semakin banyak calon yang aktif berkampanye, dan tentu saja isu-isu lama yang dikemas dengan pendekatan baru.
Tinggal sehari lagi, tanggal 31 Juli 2025 besok, IAPI akan menyelenggarakan “pesta demokrasi” akuntan publik untuk memilih Ketua Umum, anggota DPN, dan Dewan Pengawas. Geliat beberapa pekan terakhir menunjukkan suasana yang cukup ramai dan menarik perhatian. Kampanye para calon terlihat kreatif dan informatif, tidak sekadar menampilkan wajah tetapi juga menyajikan berbagai program yang diklaim akan membawa perubahan bagi profesi kita. Kondisi ini menandakan masih banyak yang peduli dengan arah profesi akuntan publik di Indonesia, meskipun saya berharap semangat ini tidak hanya ramai saat kampanye lalu sunyi ketika sudah menjabat.
Salah satu isu yang sering muncul dalam diskusi dan janji kampanye adalah keberpihakan dan penguatan kantor akuntan publik (KAP) menengah dan kecil. Hal ini wajar mengingat jumlah KAP menengah dan kecil yang dominan sehingga menjadi “pasar” yang harus direbut untuk meraih suara. Topik klasik ini kerap mencuat saat pemilihan raya berlangsung. Sebagai praktisi yang aktif di lingkungan KAP menengah-kecil, saya memahami tantangan yang dihadapi teman-teman di KAP kecil mulai dari keterbatasan SDM, akses teknologi, hingga perjuangan mengikuti tender yang kadang terasa seperti berlari maraton melawan pesaing yang menggunakan motor.
Baca Juga: Indonesia – Singapura Teken MoU Perdagangan Listrik dan Pembangunan Kawasan Industri Rendah Emisi
Belum lagi adanya batasan-batasan seperti rekanan bank dan pembatasan KAP untuk BUMN yang semakin mempersempit ruang gerak. Semoga komitmen terhadap KAP menengah dan kecil ini bukan sekadar janji kampanye belaka. Suasana pemilihan tahun ini juga lebih segar dengan munculnya wajah-wajah baru dan akuntan-akuntan muda yang datang dengan semangat tinggi. Mereka hadir dengan gaya komunikasi yang lebih ringan dan ide-ide yang dapat dibilang kreatif dan inovatif.
Namun, perlu diingat bahwa semangat saja tidak cukup karena diperlukan juga pemahaman tentang tata kelola organisasi, etika profesi, dan visi jangka panjang. Di pundak mereka telah tertumpu harapan dari para konstituen, dan mereka harus bersaing dengan wajah-wajah lama yang sudah kaya pengalaman dan mungkin memiliki jaringan lebih kuat. Selama masa kampanye, terjadi juga beberapa silang pendapat yang menurut saya wajar dalam sebuah kompetisi. Yang penting, jangan sampai membawa urusan pribadi atau menyerang karakter karena kita adalah komunitas profesional, bukan sinetron atau drama Korea.
Baca Juga: Kemenkeu Kelola 2,3 Juta Faktur Pajak Harian demi Stabilitas Ekonomi Nasional
Rasionalitas dan Tanggung Jawab dalam Memilih
Pentingnya rasionalitas dan tanggung jawab dalam memilih tidak dapat diabaikan dalam konteks ini. Jangan memilih hanya karena kedekatan personal, satu angkatan, atau sering bertemu di acara PPL. Pilihlah berdasarkan program yang masuk akal, visi yang jelas, dan rekam jejak yang dapat dipercaya. Jika kita memilih secara sembarangan, kita bisa terjebak dalam “kegagalan pemilu”, yakni kondisi ketika proses pemilihan secara formal berjalan tetapi hasilnya tidak mencerminkan kepentingan terbaik pemilih.
Kegagalan ini bisa terjadi karena pemilih yang apatis, informasi minim, atau pemilih yang asal-asalan dalam menentukan pilihan. Dalam konteks organisasi seperti IAPI, kegagalan ini dapat berujung pada terpilihnya pemimpin yang tidak memiliki kapasitas atau lebih parah lagi, tidak memiliki integritas. Efeknya bukan hanya kemacetan program organisasi, tetapi juga anjloknya kepercayaan anggota sehingga profesi kita kehilangan arah. Jangan sampai kita mengikuti “pesta demokrasi”, tetapi pulang dengan rasa kecewa karena hasil yang tidak memuaskan.
Baca Juga: Kemnaker-BGN Teken MoU Penyerapan Tenaga Kerja Untuk MBG
Saya pribadi berharap pemilihan kali ini tidak menjadi ajang perebutan posisi dan jabatan untuk memperkuat posisi pribadi dan KAP masing-masing. Sebaliknya, jadikan ini sebagai momen refleksi bersama dengan menanyakan kepada diri sendiri: “Mau dibawa ke mana profesi akuntan publik ini ke depan?” Tantangan semakin kompleks dengan digitalisasi, tekanan pasar, perubahan regulasi, dan berbagai hal lainnya. Kita membutuhkan pemimpin yang dapat menjadi nahkoda, bukan sekadar navigator GPS yang kadang sinyalnya hilang saat dibutuhkan.
Harapan untuk Masa Depan Profesi
Siapa pun yang terpilih nanti, saya berharap dapat benar-benar menjadi pelayan profesi yang siap memberikan tindakan nyata. Mereka harus transparan, berani mengambil keputusan sulit, dan berkomitmen menjaga marwah profesi, bukan sekadar penguasa di organisasi. Bagi yang belum terpilih, jangan berkecil hati dan tetap semangat berkontribusi karena profesi ini tidak hanya membutuhkan pemimpin, tetapi juga pasukan solid yang siap bekerja di belakang layar.
Untuk para calon, selamat berjuang dalam kontestasi yang sehat ini. Untuk para pemilih, selamat menentukan pilihan dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Untuk kita semua, semoga pemilihan ini bukan hanya tentang siapa yang duduk di atas, tetapi siapa yang benar-benar mau turun tangan dan bekerja untuk kemajuan profesi. Selamat berpesta demokrasi, rekan-rekan akuntan Indonesia.
Penulis adalah Yudiarto S., Pimpinan Rekan KAP Abubakar Usman & Rekan