VOICEIndonesia.co, Jakarta – Toshiba Corp. menyatakan bahwa pihaknya akan memangkas hingga 6 persen tenaga kerjanya di Jepang dengan menawarkan paket pensiun dini kepada staf dan mengurangi operasi yang berlebihan dengan mengintegrasikan anak perusahaan utama.
Dikutip dari Kyodo, Kamis (16/5), hal tersebut dilakukan dalam rencana perubahan besar pertamanya untuk mengubah bisnis setelah menjadi perusahaan swasta pada akhir tahun lalu.
Ini adalah hal yang perlu dilakukan untuk memastikan perusahaan bertahan selama 100 tahun ke depan,” kata Presiden dan CEO Toshiba, Taro Shimada, pada konferensi pers di Tokyo ketika konglomerat industri tersebut mengumumkan rencana bisnis jangka menengahnya yang mencakup pengurangan 4.000 pekerjaan.
Rencana pensiun dini bertujuan untuk memotong biaya tenaga kerja dan menargetkan pekerja rumah tangga berusia 50 tahun ke atas yang bekerja di perusahaan grup Toshiba.
Sebagian besar PHK akan terjadi di departemen back-office, katanya, seraya menambahkan bahwa pihaknya berencana menyelesaikan proses tersebut pada akhir November.
“Itu adalah keputusan yang menyakitkan,” kata Shimada.
Baca Juga: BP2MI Minta Bea Cukai Keluarkan Barang PMI yang Tertahan
Sebaliknya, perusahaan akan mencurahkan sumber dayanya ke bidang-bidang pertumbuhan, termasuk semikonduktor listrik yang dapat digunakan dalam kendaraan listrik, produk kecerdasan buatan dan peralatan energi terbarukan, serta teknologi kuantum.
Dalam upaya perampingan lainnya, empat anak perusahaan utama yang beroperasi di bidang bisnis seperti energi dan infrastruktur diharapkan akan diintegrasikan ke dalam Toshiba.
Perusahaan juga akan mengonsolidasikan fungsi kantor pusatnya di Distrik Minato Tokyo ke Kawasaki di Prefektur Kanagawa yang berdekatan, dibandingkan mempertahankan dua kantor pusatnya, untuk meningkatkan efisiensi.
Penghapusan pencatatan saham (delisting) Toshiba pada bulan Desember terjadi setelah pembelian senilai 2 triliun yen (Rp205 triliun) dari konsorsium yang dipimpin oleh Japan Industrial Partners Inc. sebagai bagian dari upaya untuk membangun kembali bisnisnya menyusul serentetan masalah di tahun 2010-an, mulai dari skandal akuntansi hingga kerugian besar di unit nuklir AS.
Delisting ini memudahkan para eksekutif Toshiba untuk fokus pada manajemennya dan mengambil keputusan dengan cepat, karena kini mereka hanya perlu berkonsultasi dengan pemegang saham tunggal, JIP, dibandingkan diintervensi oleh aktivis pemegang saham seperti sebelumnya, kata Shimada.
“Kami melakukan 100 persen upaya untuk mewujudkan rencana ini sehingga kami dapat mewujudkan versi terbaik dari Toshiba,” kata Shimada seraya mengatakan pihaknya akan mengembalikan perusahaan ke jalur pertumbuhan.*