VOICEINDONESIA.CO, Jakarta — Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencanangkan program ambisius untuk mentransformasi 1.000 perusahaan skala menengah menjadi lokomotif peningkatan produktivitas nasional. Hal ini disampaikan Menaker Yassierli dalam Sidang Pleno LKS Tripartit Nasional di Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Yassierli menjelaskan bahwa perusahaan menengah dipilih karena memiliki peran signifikan dalam penyerapan tenaga kerja namun masih menghadapi tantangan modernisasi teknologi. Pihaknya meyakini kelompok ini dapat menjadi katalisator perubahan yang efektif.
“Mereka adalah tulang punggung ekonomi nasional, tetapi belum sepenuhnya tersentuh kebijakan produktivitas. Kita ingin bantu mereka naik kelas,” ujarnya.
Baca Juga: Menaker dan Menteri P2MI Teken MoU, Atasi Masalah Ketenagakerjaan Nasional
Untuk mendukung program ini, Kemnaker akan menyiapkan 500 Productivity Specialists dari unsur serikat pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Para spesialis akan menjalani pelatihan bersertifikat internasional bekerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Pelatihan berlangsung mulai Agustus hingga Oktober 2025, mencakup pembekalan teori, praktik lapangan, dan pelaksanaan proyek peningkatan produktivitas di lingkungan kerja masing-masing. Kemnaker juga akan meluncurkan berbagai inisiatif pendukung seperti podcast Productivity Talks, buku saku, kalkulator produktivitas, dan pembentukan lima Productivity Center.
Baca Juga: Menaker Ungkap 3 Tantangan Utama PMI dalam Akses Pasar Kerja Luar Negeri
“Kita tidak bisa terus bergantung pada jumlah tenaga kerja dan investasi modal. Jika ingin melakukan lompatan kemajuan, kita harus mendorong produktivitas melalui inovasi dan efisiensi. Ini harus menjadi gerakan nasional lintas sektor,” tegas Yassierli.
Menaker menegaskan bahwa peningkatan produktivitas nasional merupakan kunci strategis untuk mendorong daya saing Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat. Meski laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Indonesia mulai sejajar dengan Malaysia dan Thailand, kontribusi Total Factor Productivity masih tertinggal dari Tiongkok, Vietnam, dan India.
“Kalau kita serius membangun budaya produktif sejak sekarang, kita bisa menembus batas stagnasi. Ini bukan sekadar strategi ketenagakerjaan, tapi strategi besar untuk masa depan bangsa,” pungkas Yassierli.