Dapat Perlakuan Tidak Wajar di Kamboja, 6 PMI Ngadu ke Anggota DPD

by Rojaul Huda
0 comments
A+A-
Reset

Jakarta – Enam pekerja migran Indonesia (PMI) di Kamboja meminta perlindungan kepada anggota DPD RI asal Aceh Sudirman alias Haji Uma karena mereka telah diperlakukan tidak wajar oleh perusahaan di negara tersebut. 

“Mereka sudah tiga hari kabur dari tempat kerja dan sedang berlindung menghindari kejaran dari pihak perusahaan,” kata Haji Uma, dalam keterangab tertulisnya, (20/02).

Pekerja migran asal Indonesia tersebut melaporkan bahwa mereka telah diperlakukan secara tidak wajar oleh sebuah perusahaan yang berkedok usaha layanan pinjaman online di Kota Chrey Thum, Kamboja.

Hal tersebut diketahui berdasarkan surat bertulis tangan pada bekas kotak bungkusan dari enam pekerja yang berhasil melarikan diri dari tempat kerja, ditujukan langsung kepada Haji Uma melalui kontak whatsapp salah seorang staf ahlinya dalam bentuk foto.

 Adapun enam PMI tersebut yakni Zihan Salsabila asal Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Kemudian, lima lainnya yaitu Muhammad Saputra (Sumut), Niken Prihatin (Jawa Timur), Rofuan Maindra (DKI Jakarta), Finan Hendra (Sumut) dan Riko Alexander (Kalbar).

Haji Uma menjelaskan, berdasarkan surat tersebut, pekerja itu menceritakan terkait perlakukan yang sangat tidak wajar dan manusiawi yang diterima pekerja Indonesia di sana. 

Apalagi saat ini ada rekan mereka yang dikurung hingga disetrum hanya karena lupa menyerahkan handphone saat akan masuk kerja.

Uma melalui kontak whatsapp salah seorang staf ahlinya dalam bentuk foto.

Zihan Salsabila asal Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Kemudian, lima lainnya yaitu Muhammad Saputra (Sumut), Niken Prihatin (Jawa Timur), Rofuan Maindra (DKI Jakarta), Finan Hendra (Sumut) dan Riko Alexander (Kalbar).

Uma menjelaskan, berdasarkan surat tersebut, pekerja itu menceritakan terkait perlakukan yang sangat tidak wajar dan manusiawi yang diterima pekerja Indonesia di sana. 

Mereka juga didenda pemotongan gaji jika tidak mencapai target yang dibebankan, bahkan disuruh lari keliling lapangan hingga 10 kali. Selain itu, mereka dipaksa bekerja selama 12 jam dan lembur tanpa dibayar.

Selain itu, juga ada pekerja yang paspor dan dokumen lainnya ditahan perusahaan ketika kontrak kerjanya telah selesai dan berniat untuk kembali ke Indonesia. Akibatnya, mereka tidak bisa membeli tiket penerbangan dan keluar dari Kamboja.  

Kondisi itu membuat enam pekerja Indonesia itu nekat dan berhasil melarikan diri. Namun tidak tahu harus kemana dan bagaimana agar mendapatkan perlindungan hingga bisa kembali ke Indonesia.

Saat ini, keenam pekerja yang melarikan diri tersebut sedang dikurung di suatu tempat dan tidak berani keluar karena takut ketahuan pihak perusahaan. 

Haji Uma sangat prihatin dengan kondisi pekerja migran di Kamboja setelah menerima surat dari mereka yang berhasil kabur tersebut. 

Haji Uma menyampaikan, terkait permasalahan tersebut, dirinya telah berkoordinasi dan mengirimkan surat resmi kepada Direktur Perlindungan WNI/BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI) terkait upaya perlindungan pekerja migran Indonesia.

 “Saya juga telah berkoordinasi dan mengirimkan surat resmi kepada Bapak Yudha Nugraha Direktur Perlindungan WNI/BHI Kemenlu RI untuk upaya perlindungan dan penyelamatan para pekerja kita dari Kamboja,” kata Haji Uma.

Uma sangat prihatin dengan kondisi pekerja migran di Kamboja setelah menerima surat dari mereka yang berhasil kabur tersebut. 

Uma menyampaikan, terkait permasalahan tersebut, dirinya telah berkoordinasi dan mengirim surat resmi kepada Direktur Perlindungan WNI/BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI) terkait upaya perlindungan pekerja migran Indonesia.

Haji Uma menyebutkan, para pekerja migran Indonesia itu sampai bekerja di Kamboja berawal dari informasi dan tawaran kerja dari media sosial facebook dengan iming gaji besar dan kerja santai.

Namun setelah bekerja, kondisinya bertolak belakang dari yang menjanjikan. Bahkan, mereka mulai tahu jika perusahaan tersebut melakukan praktik penipuan berkedok layanan jasa pinjaman online.

Haji Uma menegaskan, dirinya berkomitmen untuk terus menantang dan mengawal upaya pemerintah sampai memberikan perlindungan dan pengikatan kepada pekerja Indonesia di Kamboja itu. 

Apalagi, kasus seperti ini bukan yang pertama, di mana masalah serupa juga sudah pernah menimpa dua warga Aceh di Myanmar. 

Uma menyebutkan, para pekerja migran Indonesia itu sampai bekerja di Kamboja berawal dari informasi dan tawaran kerja dari media sosial facebook dengan iming gaji besar dan kerja santai.

Uma menegaskan, dirinya berkomitmen untuk terus menindaklanjuti dan mengawal upaya pemerintah sampai memberikan perlindungan dan evakuasi kepada pekerja Indonesia di Kamboja itu.

Editorial VOICEIndonesia

Tentang VOICEINDONESIA.CO

LOGO-VOICEINDONESIA.CO-Copy

VOICEIndonesia.co Merupakan Rumah untuk berkarya, Menyalurkan Bakat, Ide, Beradu Gagasan menyampaikan suara Rakyat dari pelosok Negeri dan Portal berita pertama di Indonesia yang secara khusus mengulas informasi seputar Ketenagakerjaan, Juga menyajikan berita-berita Nasional,Regional dan Global . VOICEIndonesia.co dedikasikan bukan hanya sekedar portal informasi berita online biasa,Namun lebih dari itu, menjadi media mainstream online pertama di Indonesia,menekankan akurasi berita yang tepat,cepat dan berimbang , cover both side, reading tourism, user friendly, serta riset.

KONTAK

HOTLINE / WHATSAPP :

Follow VOICEINDONESIA.CO