VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Himpunan pekerja migran Indonesia eks United Kingdom (UK) 2024 menemui Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI), Christina Aryani, di Kantor Kementerian P2MI, Rabu (24/9/2025).
Mereka hadir bersama perwakilan PT Mardel Anugerah Internasional, Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang telah memperoleh lisensi Gangmasters and Labour Abuse Authority (GLAA) dari pemerintah Inggris.
Dalam pertemuan itu, para pekerja migran meminta bantuan Wamen Christina untuk mencarikan solusi dan berkoordinasi lintas sektor terkait keinginan mereka kembali bekerja di Inggris.
Baca Juga: Kemensos Dorong Kolaborasi Kampus dan Dunia Kerja untuk Hilirisasi Siswa Sekolah Rakyat
“Kami meminta bantuan agar Ibu Wamen membantu kami, dengan berkoordinasi ke pihak-pihak terkait agar kami bisa berangkat bekerja di Inggris,” ujar Koordinator Himpunan Pekerja Migran Eks Seasonal Worker Inggris, Ni Kadek Juniari.
Juniari menjelaskan, seharusnya mereka sudah bisa kembali bekerja selama enam bulan sebagai pemetik buah di Inggris.
Namun, keberangkatan tertunda karena kendala yang belum jelas penyebabnya meski administrasi dinilai sudah lengkap dari pihak P3MI.
Menanggapi aspirasi tersebut, Wamen Christina menyatakan komitmennya membantu sesuai kapasitas.
Baca Juga: Tak Boleh Ada Perundungan Hingga Kekerasan di Sekolah Rakyat!
Ia menyebut telah berkomunikasi dengan Duta Besar Inggris di Indonesia, Kementerian Luar Negeri (Kemlu), KBRI London, serta operator pekerja migran di Inggris.
Christina menegaskan, penempatan pekerja migran sektor pertanian di Inggris tidak bisa dilakukan sepihak, melainkan wajib melalui operator berlisensi GLAA.
Ia pun menyarankan P3MI untuk menjalin komunikasi kembali dengan operator atau perusahaan pertanian di Inggris agar penempatan bisa difasilitasi.
“Utamanya yang bergerak di sektor pertanian,” kata Christina.
Ia juga mengingatkan pekerja migran agar selalu menjaga nama baik Indonesia, mengingat peluang low/semi skilled worker di luar negeri terbatas dan sangat bergantung pada kepercayaan negara tujuan.