VOICEIndonesia.co, Singapura – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura fasilitasi peluncuran buku antologi cerpen kumpulan karya pekerja migran Indonesia (PMI) pada Minggu (26/05/2024).
Dalam rilisnya, Wakil Duta Besar Indonesia untuk Singapura Djati Ismojo mengapresiasi usaha dan dedikasi para pekerja migran Indonesia yang tetap semangat berkarya meski harus bekerja selama 12 jam sehari.
“Semoga pengalaman kalian yang dituliskan menjadi karya sastra ini dapat menginspirasi,” ujar Ismojo.
Diketahui antologi cerpen karya dari para pekerja migran Indonesia berjudul “Bukan Cerpen Biasa”.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa merasa bangga dengan karya pekerja migran Indonesia.
Menurutnya, Bukan Cerpen Biasa merupakan karya dari orang-orang yang luar biasa.
“Mereka menyempatkan diri berkarya walau setiap harinya mereka bekerja hingga larut malam,” ujar Wibawa.
Baca Juga: Luncurkan GovTech, Menteri PANRB: Indeks Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik Nasional Meningkat
Wibawa menjelaskan bahwa peluncuran buku ini menjadi momen penting bagi komunitas pekerja migran Indonesia di Singapura.
Wibawa berharap buku tersebut dapat memberikan semangat dan inspirasi bagi pekerja migran lainnya untuk terus berkarya dan menceritakan kisah mereka melalui tulisan.
Dewi Lubis sebagai penulis utama sekaligus editor buku tersebut menyampaikan rasa bangga atas terbitnya buku cerpen ini.
”Tidak semua dari penulis ini pernah menulis, sehingga perlu usaha dan kerja keras untuk memberi semangat agar mereka menuntaskan karyanya,” ujar Dewi.
”Selalu ada pilihan hidup lainnya, salah satunya menulis. Semoga menulis juga dapat memberikan pilihan bermanfaat bagi kawan-kawan saya, sesama pekerja migran,” tambahnya.
“Bukan Cerpen Biasa” berisi 31 cerpen yang delapan diantaranya ditulis pekerja migran Indonesia mengenai kisah hidup sehari-hari mereka,
“Cerita-cerita tersebut mencerminkan suka duka, harapan, dan perjuangan mereka dalam mencari nafkah di negeri orang,” pungkasnya.
Buku ini tidak hanya menjadi bukti kreativitas dan kemampuan sastra para pekerja migran, tetapi juga menjadi simbol keberanian mereka dalam menyuarakan pengalaman hidupnya.
Buku ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang dan memberikan pandangan yang lebih luas tentang kehidupan pekerja migran di luar negeri.
Saat ini, ada sekitar 130 ribu pekerja migran Indonesia di Singapura, dengan komposisi 90 persen perempuan yang bekerja pada sektor domestik.*