VOICEINDONESIA.CO, Surakarta – Kementerian Agama menggandeng Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan dana riset bagi dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly. Program ini dirancang guna meningkatkan kualitas penelitian akademik di lingkungan pendidikan tinggi keagamaan.
Sepanjang tahun 2024 hingga 2026, pemerintah telah menganggarkan Rp150 miliar yang dapat diakses para civitas akademika. Dana ini difokuskan pada penelitian kolaboratif melalui skema MoRA The Air Fund.
Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma), Ruchman Basori, menyampaikan bahwa peluang besar ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh para dosen.
Baca Juga: Kemenag: Konferensi AICIS+ 2025 jadi Jembatan Intelektual Dunia
“Dosen PTK dan Ma’had Aly bisa memanfaatkan anggaran riset kolaboratif yang diberi nama MoRA The Air Fund untuk meningkatkan kualitas penelitian,” ujarnya saat Sosialisasi MoRA The Air Fund di UIN Raden Mas Said Surakarta pada Senin (1/9/2025).
Ruchman menjelaskan bahwa MoRA The Air Fund merupakan bagian dari program Riset Indonesia Bangkit. Kolaborasi ini lahir dari kerja sama Kementerian Agama dengan LPDP Kementerian Keuangan.
“Dalam tiga tahun terakhir ini, 2024 sampai 2026, LPDP telah mengalokasikan Rp150 miliar anggaran untuk dimanfaatkan bagi pengembangan penelitian,” katanya.
Baca Juga: ASN Kemenag Diminta Wujudkan Asta Protas dalam Aksi Nyata
Puspenma sendiri adalah lembaga baru yang menangani pembiayaan pendidikan strategis, termasuk Program Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, beasiswa non-gelar, serta bantuan riset kolaboratif.
Menurut Ruchman, skema MoRA The Air Fund membuka kesempatan pada empat tema utama. Tiga tema awal, yakni sosial humaniora, ekonomi dan lingkungan, serta kebijakan layanan pendidikan dan keagamaan, memiliki plafon dana maksimal Rp500 juta. Sedangkan tema sains dan teknologi bisa mendapatkan hingga Rp2 miliar.
Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Toto Suharto, menilai keberadaan dana riset ini sangat relevan bagi pengembangan program prioritas Kementerian Agama.
“Program MoRA The Air Fund sangat strategis bagi para dosen untuk menerjemahkan program prioritas Menteri Agama seperti kurikulum cinta dan ekoteologi,” ucapnya.
Toto menegaskan bahwa UIN Surakarta harus meningkatkan jumlah penerima dana riset.
“Kalau pada 2024 dosen UIN Surakarta baru tiga kelompok periset yang mendapatkan anggaran ini, maka pada tahun 2025 harus lebih banyak lagi, dan kita sangat bisa,” katanya.
Selain itu, Ketua Tim Kerja Puspenma, Hendro Dwi Antoro, menjelaskan persyaratan bagi dosen yang ingin menjadi periset utama. Salah satunya, dosen harus berstatus WNI, berasal dari PTK, dan memiliki rekam jejak akademik baik.
“Periset utama harus memiliki kualifikasi akademik doktor dengan kepangkatan minimal lektor serta sinta score overall minimal 50. Mereka juga diutamakan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam atau luar negeri yang masuk peringkat 500 dunia,” ungkapnya.
Bagi dosen Ma’had Aly, syaratnya sedikit berbeda. Mereka minimal bergelar magister, diangkat resmi sebagai dosen oleh Mudir Ma’had Aly, serta memperoleh rekomendasi dari majelis masyayikh.
Pendaftaran MoRA The Air Fund 2025 dibuka pada awal September. Seleksi ini terbuka luas tidak hanya bagi dosen PTKI, tetapi juga PTK Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, serta Ma’had Aly.
Pada 2024, terdapat lebih dari 350 proposal penelitian yang masuk. Namun, hanya 47 yang lolos seleksi dengan empat tema pokok. Tahun 2025, Puspenma menargetkan jumlah peserta lebih banyak dengan kualitas penelitian yang lebih kuat.