VOICEINDONESIA,LOMBOK TIMUR – Ibu dari korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan pimpinan pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur (Lotim), mengaku keluarganya didatangi utusan pejabat tinggi di Lotim, berupaya untuk memediasi kasus hukum yang telah dilaporkan ke Polres Lombok Timur pada Februari bulan lalu.
Namun peristiwa malang yang menimpa anaknya, tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap di proses secara hukum. Sebab peristiwa yang menimpa anaknya sangat menyayat hati. Sebab itu kata dia, terduga pelaku harus diberikan sanksi hukum yang tegas, tanpa padang bulu.
Demikian diungkapkan ibu korban, Martina yang kini berada di Taiwan, kepada Media ini mengatakan, keluarganya di Pringgabaya, yaitu buyut korban, didatangi oleh satpam atau utusan dari salah satu pejabat tinggi di Lombok Timur. Meminta agar kasus yang dilaporkan dapat diselesaikan dengan mediasi secara kekeluargaan.
“Saya ditelpon sama kakek saya (buyut korban.red), dia nyuruh bilangnya, satpam (pejabat.red) disuruh nanyain anak saya, kebenarannya kayak gimana. Saya kasih nanyain, sekarang dia malah nyuruh saya melalui kakek saya, nyuruh untuk nutup kasus ini,” ungkapnya pada Jumat, (08/04/2022).
“Saya benar-benar keberatan, semoga pihak polisi benar-benar bisa membantu saya, orang miskin, rakyat nya yang lemah ini bisa dibantu pihak polisi,” Imbuhnya.
Dilanjutkannya, ia dengan tegas menyatakan tidak mau berdamai atas peristiwa yang menimpa anaknya, meskipun pejabatnya langsung yang datang meminta untuk memediasi.
“Walaupun (pejabat.red) atau siapapun, gak peduli, saya mau menuntut keadilan untuk anak saya. Dan jangan sampai terjadi ke anak-anak di bawah umur yang lainnya dan biar tidak mengulanginya,” tegasnya.
Lebih lanjut Martina menuturkan pernah berbicara langsung melalui telpon dengan satpam yang mendatangi rumah keluarganya. Dari pengakuan satpam itu tutur Martina, diperintahkan langsung oleh pejabat tersebut. Namun demikian tidak menyurutkan tekadnya.
Sebelum peristiwa ini dilaporkan nya, pihaknya sempat mengadu ke Kepala Desa Setempat. Namun karena tak tahan dengan peristiwa pilu yang menimpa anaknya, lantas langsung melaporkannya ke Polres Lombok Timur.
“Saya ngomong sama kepala desa kalau Bapak gak ada tindakan, jangan salahkan saya kalau saya ngelapor ke polisi,” ucapnya.
Martina menuturkan saat bicara dengan Kepala Desa melalui telpon, Kepala Desa mengatakan, tidak ada hal yang terjadi di pondok dan isu itu tidak benar adanya.
Saat ini ia mengaku khawatir dengan psikis anaknya. Dibalik itu, ia bersyukur anaknya mau membantu mengungkap kejadian yang menimpanya, agar teman-temanya tidak mengalami hal serupa.
Martina berharap supaya pihak kepolisian bisa lebih cepat untuk menangani kasus ini. “Biar kedepannya gak ada korban lagi,” harapnya.
Terpisah, Kepala Desa setempat, saat dikonfirmasi awak media melalui pesan WhatsApp membantah dirinya telah melakukan intervensi kepada keluarga korban.
Dikatakannya, isu yang berkembang tidak sesuai fakta. Hal itu dikatakannya, karena telah mendalami dari kedua belah pihak. Bahkan ia menganggap laporan yang dilakukan oleh keluarga korban, ada pihak yang menunggangi.
“Ngih sampun (Sudah.red) kita akan pertemukan karena posisi ibunya lagi di Taiwan.tapi semeton (Saudara.red) tidak seperti kejadian yang dilaporkan karena kami sudah mendalami dari kedua belah pihak tapi karena didorong oleh beberapa pihak yang berusaha menunggangi semeton (saudara.red) kita hormati upaya hukum mereka,” bebernya.
Saat ini kata dia, kasus yang menimpa masyarakatnya saat ini masih dalam proses Polres Lombok Timur.
Sementara, Kapolres Lombok Timur, melalui Kepala Seksi Humas Polres Lombok Timur, IPTU Nicolas Oesman saat dikonfirmasi membenarkan kasusnya masih dalam penanganan dan pemeriksaan Unit PPA Polres Lotim.
“Sudah kemarin korban diperiksa oleh PPA polres Lotim,” terangnya.
Ditambahkannya, terduga pelaku juga telah dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan. “Sudah diperiksa,” jawabnya Oesman singkat.(zin)