VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyampaikan bahwa meningkatkan sumber daya manusia (SDM) tidak bisa terlepas dari penanganan stunting dan penguatan kemampuan berpikir kritis sejak dini.
“Sektor pendidikan harus terus kita tingkatkan, tetapi modalitas yang tidak kalah penting adalah tidak boleh ada anak yang stunting. Itu satu standing point yang penting, karena kalau sudah stunting, itu artinya modalitasnya sangat terbatas untuk bisa di-upgrade,” kata Pratikno dalam Konferensi Pendidikan Indonesia 2025 di Auditorium Dinas Pendidikan Jakarta, pada Kamis (15/5/2025).
Pratikno mengatakan bahwa penurunan angka stunting merupakan upaya dari strategi jangka panjang dalam membentuk generasi yang berkualitas.
Baca Juga: Kemenko PMK Minta Dampingi Daerah Susun Strategi Vokasi Ekonomi Hijau
Menurutnya, penyuluhan kepada remaja dan calon orang tua harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dan program pendidikan.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti tantangan yang sedang dihadapi dunia pendidikan akibat disrupsi teknologi khususnya perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Ia juga menjelaskan, AI berdampak pada pola interaksi serta pembentukan nalat anak. Oleh sebab itu, kemjuan teknologi haris diimbangi dengan penguatan kemampuan berpikir kritis.
“Bayangkan kalau anak-anak dari kecil sudah terekspos dengan bertanya sesuatu yang jawab AI. Maka nalar anak bisa tidak berkembang dengan baik. Maka, fondasi paling pertama untuk pendidikan dasar adalah critical thinking. Agar bisa bersikap bijak terhadap informasi yang tanpa batas,” tuturnya.
Baca Juga: Kemenko PMK: Sinergi Kementerian Kunci Sukses Makan Bergizi Gratis
Pratikno menilai bahwa kemampuan berpikir kritis harus dibarengi sikap bijak dalam penggunaan teknologi termasuk AI. Menurutnya, teknologi dapat membantu jika dimanfaatkan dengan bijak, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan serius jika digunakan tanpa kendali.
“Cerdas berteknologi itu perlu, tapi bijak itu wajib. Menggunakan teknologi juga harus disertai kemampuan untuk melakukan verifikasi dan cross-check terhadap informasi. Di situ pentingnya literasi digital dan etika berteknologi,” katanya.
Menko PMK menegaskan bahwa Indonesia perlu generasi yang bukan hanya unggul secara akademis, tetapi juga sehat secara fisik, mental, dan moral. Selain itu, generasi masa depan harus memiliki daya juang tinggi di tengah tantangan zaman yang terus berubah cepat.
“Sehat secara mental itu penting. Sehat secara moral itu sangat penting, wajib. Jangan menjadi orang yang cerdas tetapi tidak sehat. Dan yang penting berikutnya adalah menjadi pembelajar. Menjadi pembelajar jauh lebih penting ketimbang menguasai satu pengetahuan, karena dunia cepat sekali berubah,” pungkasnya.