VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menegaskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan terus diperluas hingga menjangkau 82 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Hingga September, program ini sudah menyentuh hampir 30 juta orang.
Presiden menyebut alokasi anggaran untuk tahun depan mencapai Rp335 triliun, yang akan langsung dialirkan ke desa-desa.
“Dalam 11 bulan kita telah membuktikan dengan iktikad yang baik, dengan tujuan yang baik, dengan hati yang ikhlas, dengan cinta Tanah Air dan cinta rakyat, kita bisa berbuat banyak. Kita telah menyelamatkan minimal Rp300 triliun rupiah. Rp300 triliun inilah yang kita pakai untuk makan bergizi gratis,” ujar Presiden saat menutup Munas VI PKS di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Baca Juga: Beda Versi Data Pemerintah Soal Keracunan MBG, Kok Bisa?
Ia mengakui masih ada masalah di lapangan, mulai dari kekurangan hingga kasus keracunan makanan. Namun jumlahnya disebut sangat kecil jika dibandingkan dengan skala distribusi.
“Ini tidak membuat bahwa kita puas dengan itu, tapi namanya usaha manusia yang demikian besar, yang belum pernah dilaksanakan, saya kira dalam sejarah dunia,” tegasnya.
Baca Juga: JPPI Catat 8.649 Anak Jadi Korban Keracunan MBG
Prabowo membandingkan dengan Brasil yang butuh 11 tahun untuk menjangkau 40 juta penerima manfaat.
“Ada kekurangan? Ada. Tapi manfaatnya sangat-sangat besar. Banyak elit tidak menyadari bahwa masih ada rakyat kita yang makan nasi hanya dengan garam. Kini kita bisa memberi sesuatu yang mereka butuhkan,” ungkap Presiden.
Menurutnya, program MBG bukan hanya menyasar anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat. Kebutuhan pangan diambil langsung dari petani dan peternak di desa.
“Dengan makan bergizi ini kita bisa menciptakan lapangan di awal tahun depan, Januari–Februari, 1,5 juta lapangan kerja baru. Tiap hari kita butuh telur, sayur, ikan, ayam, dan bahan-bahan dari kampung-kampung itu sendiri,” jelasnya.
Presiden menambahkan, arus dana yang sebelumnya terkonsentrasi di kota besar kini dibalik agar langsung masuk ke desa.
“Yang selama berapa puluh tahun uang dari daerah mengalir ke Jakarta, dan di Jakarta sering mengalir ke luar negeri, menetap di luar negeri dan tidak tinggal di Indonesia. Kita balik sekarang uang masuk ke desa-desa,” pungkasnya.
