VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Rencana pemerintah untuk membekali guide pendakian gunung dengan berbagai pelatihan dasar disambut baik berbagai kalangan. Salah satunya Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) yang menyarankan Basic Life Support (BLS) atau bantuan hidup dasar juga dimasukkan dalam materi pelatihan bagi pemandu wisata di gunung.
“Jadi kalau saya boleh menyarankan, nomor satu, bikinlah pelatihan bantuan hidup dasar, sehingga siapapun, dalam kondisi apapun, kita tahu pertolongan awal apa yang harus dilakukan,” kata Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Subspesialis Ortopedi Tulang Belakang dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K) seperti dilansir kantor berita Antara, Sabtu (19/7/2025).
Bantuan hidup dasar sangat penting untuk dapat dipahami oleh semua pihak termasuk para pemandu wisata. Andra menilai pemahaman mengenai bantuan hidup dasar akan menepis banyak mitos yang berseliweran dalam masyarakat.
Sebut saja ketika ada orang yang pingsan tidak diberi air putih terlebih dahulu sebelum orang di sekitarnya memastikan pasien masih bisa merespons panggilan atau bergerak.
Sementara pada orang yang mengalami kejang, sebaiknya tidak memasukkan sendok ke dalam mulut. Melainkan memberikan oksigen karena pasien sebenarnya sedang tidak bernafas.
“Otot diagfragmanya atau otot nafasnya itu dia kejang juga, termasuk untuk bayi ya. Sebenarnya (pasien kejang) itu satu, dikasih oksigen, makanya apapun protokolnya, sebenarnya nomor satu adalah kembali lagi ke bantuan hidup dasar tadi, itu termasuk di dalamnya,” jelas Andra.
Pemerintah memang terlihat sedang gencarnya memperbaiki sistem keamanan berwisata terutama di destinasi wisata ekstrem seperti pegunungan. Ini tidak lepas dari musibah yang menimpa wisatawan asal Brazil beberapa waktu lalu yang menyedot perhatian publik tidak hanya nasional tapi juga internasional. Musibah itu bahkan mempertaruhkan nama baik Indonesia di dunia pariwisata global.
Musibah itu juga yang akhirnya mendorong pemerintah untuk melakukan pembenahan dengan melibatkan pihak terkait seperti Basarnas dan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Salah satu upaya yang akan dilakukan dalam jangka pendek adalah menyiapkan rescue center dan pelatihan bagi pemandu wisata gunung.*