VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Greenpeace Asia Tenggara – Indonesia dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengeluarkan laporan terkait adanya dugaan kerja paksa awak kapal Indonesia di Kapal Taiwan dalam produk Tuna Kalengan.
Dalam konferensi pers peluncuran laporan Netting Profits, Risking Lives: The Unresolved Human and Environmental Exploitation at Sea, laporan tersebut menganalisis 10 kasus berdasarkan aduan yang diterima SBMI dari nelayan Indonesia yang bekerja di kapal ikan berbendera Taiwan sejak 2019 hingga 2024.
Tim investigasi menemukan benang merah yang menghubungkan dugaan praktik kerja paksa di kapal dengan industry tuna kalengan yang beroperasi di Amerika Serikat.
Baca Juga: Wamen P2MI Minta Masyarakat Waspada Penipuan Loker di Medsos
Tim juga berhasil mengidentifikasi adanya dugaan peran agen perekrutan di Indonesia yang turut mendapatkan keuntungan dari penderitaan AKP migran.
“Alih-alih mendapatkan penghidupan layak, saudara-saudara kita para nelayan migran Indonesia justru menjadi korban perbudakan modern. Permasalahan ini sudah lama terjadi, tetapi pemerintah Indonesia dan para pemangku kepentingan lainnya terkesan tidak berupaya untuk membenahi pelindungan, bahkan cenderung membiarkan. Pembiaran adalah pelanggaran serius hak asasi manusia,” kata Hariyanto Suwarno, Ketua Umum SBMI, senin, (9/12/2024).
Selama satu dekade terakhir, Greenpeace Indonesia dan SBMI telah bekerja sama dalam mengungkap dugaan praktik pelanggaran hak pekerja ini dan mendorong pemerintah Indonesia melakukan perbaikan.
Baca Juga: Menkes minta masyarakat tak khawatirkan iuran BPJS Kesehatan
Greenpeace Asia Tenggara dan SBMI mendesak pemerintah Indonesia, Taiwan, dan AS untuk mengambil langkah konkret, yakni memperketat kebijakan dan regulasi industri perikanan, memastikan korporasi bertanggung jawab atas praktik tidak manusiawi dan tidak berkelanjutan, menyediakan perlindungan hukum yang lebih kuat bagi pekerja migran.
Termasuk mekanisme pengaduan yang efektif dan transparan; serta membangun industri seafood global yang adil, manusiawi, dan lestari.
“Temuan yang terungkap dalam laporan ini bisa jadi adalah fenomena gunung es. Oleh sebab itu, Greenpeace dan SBMI akan terus melakukan investigasi guna mengungkap lebih banyak sisi kelam industri perikanan global. Tujuannya tentu untuk mendorong transformasi ke arah yang lebih adil, lebih manusiawi, dan lebih berkelanjutan bagi masa depan para nelayan, konsumen, dan laut kita,” kata Arifsyah Nasution, Juru Kampanye Laut Senior Greenpeace Asia Tenggara.