VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang pada tahun 2025, dengan 1,01 juta di antaranya merupakan lulusan universitas.
Data tersebut dipaparkan langsung oleh Menteri Ketenagakerjaan Yassierli dalam Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Menurut Yassierli, lulusan universitas menyumbang sekitar 6,2 persen dari total pengangguran nasional, sementara lulusan diploma yang menganggur mencapai 177.399 orang.
Angka pengangguran tertinggi justru berasal dari lulusan pendidikan dasar dan menengah.
Lulusan SD dan SMP yang tidak bekerja tercatat sebanyak 2,42 juta orang, diikuti oleh lulusan SMA sebanyak 2,03 juta orang, dan SMK sebanyak 1,63 juta orang.
“Sayangnya, kualitas tenaga kerja kita masih jadi persoalan. Sekitar 85 persen berasal dari lulusan SMA dan SMK. Ini tantangan serius,” ujar Yassierli.
Ia juga menyoroti dominasi sektor informal dalam struktur ketenagakerjaan Indonesia.
Berdasarkan data Kemnaker, sekitar 56,57 persen angkatan kerja berada di sektor informal, termasuk setengah pengangguran-sementara sektor formal hanya menyerap 38,67 persen, dan sisanya 4,76 persen masih menganggur.
“Sektor informal kini mencapai 60 persen dan bisa terus bertambah, tergantung definisinya. Tapi trennya memang menguat,” ungkap Yassierli.
Menurutnya, kondisi ini menyulitkan pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial yang layak bagi pekerja informal, sekaligus menjadi tantangan dalam meningkatkan produktivitas nasional.
Ia menegaskan, peningkatan produktivitas membutuhkan strategi jangka panjang dan tidak bisa dicapai secara instan.
“Kalau bicara produktivitas, ini soal jangka panjang. Tidak bisa berharap kenaikan signifikan dalam dua sampai tiga tahun,” tuturnya.