VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Kehadiran PT Freeport Indonesia menjadi salah satu pendukung acara dalam PESTAPORA, salah satu festival musik terbesar di Indonesia membuat puluhan band dan musisi meradang hingga berujung pada pembatalan tampil di acara tahunan tersebut.
Meskipun pihak penyelenggara akhirnya membatalkan kontrak dengan Freeport, namun demikian tidak menyurutkan aksi boikot yang dilakukan para musisi. Lalu apa yang membuat para musisi tersebut memilih membatalkan penampilannya di PESTAPORA?
Sebagian besar musisi yang membatalkan shownya di PESTAPORA memiliki prinsip dan idealisme yang cukup kuat terkait lingkungan. Freeport dinilai telah merusak lingkungan dengan aktivitas tambang selama puluhan tahun di Papua, meskipun telah dilakukan berbagai program yang diklaim telah berkontribusi dalam pelestarian lingkungan sekitar tambang.
Isu lain yang jadi perhatian para musisi tersebut adalah terusirnya suku Amungme dan Kamoro, masyarakat adat asli Papua oleh kegiatan tambang dan justru mendapatkan dampak lingkungan dari kegiatan tersebut.
Kiki Aulia Ucup Direktur Festival PESTAPORA, menegaskan bahwa pihak panitia telah membatalkan seluruh kontrak dengan Freeport Indonesia setelah penyelenggaraan hari pertama. Sehingga penyelenggaraan hari kedua dan ketiga tidak ada lagi nama Freeport di pendukung acara. Selain itu juga dia menyatakan pihak PESTAPORA tidak menerima dukungan dana dari pihak Freeport.
“Kami memastikan tak ada sepeser pun aliran dana yang kami terima dari PT Freeport Indonesia,” katanya melalui Instagram @pestapora pada Sabtu, 6 September 2025.
Dia menyadari kelalaian untuk bekerja sama dengan Freeport, sehingga sejak Jumat malam, 5 September 2025, Pestapora memutus kontrak kerjasama. “Kami juga memastikan tak ada kehadiran PT Freeport Indonesia di Pestapora 2025,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutir WALHI Nasional, Zenzi Suhadi, menyambut baik langkah para musisi yang memilih mundur dari festival musik yang didukung Freeport. Bahkan beberapa musisi memutuskan untuk menyalurkan donasi melalui rekening donasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
“Musik itu seni, selain ungkapan batin juga hiburan. Penderaitaan rakyat Papua, bukanlah hiburan bagi siapa saja tetapi harus menjadi fondasi moral kita memahami keadilan. Kita merindukan seni pengungkapan peristiwa sosial oleh musisi melalui musik. Menggelar PESTPORA bersama pihak yang telah merampas wilayah adat dan perusak lingkungan terbesar seharusnya tidak dilakukan oleh penggiat seni,” kata Zensi dalam keterangannya, Sabtu (6/9).
Beberapa musisi papan atas maupun berlabel indie memang telah memutuskan mundur dari gegap gempita PESTAPORA tahun ini sebut saja Feasat & Hindia, Sukatani, Negatifa, Rrag, Rekah, Ornament, Durga, Navicula, Bilal Indrajaya, Banda Neira, Ali hingga The Panturas. Ada juga
