Banner
Live Streaming VOICEIndonesia

China Mulai Jajal Teknologi Jaringan 6G

by Redaksi
0 comments
A+A-
Reset

VOICEINDONESIA, Nanjung – China semakin menunjukkan ambisinya untuk memimpin perlombaan teknologi generasi berikutnya, terutama melalui pengembangan jaringan 6G yang mulai digabungkan dengan komputasi cerdas, kecerdasan buatan, dan sistem ruang angkasa. Berbagai proyek skala besar diluncurkan dalam beberapa tahun terakhir untuk memperlihatkan kemampuan negara itu dalam mendorong penggunaan teknologi mutakhir di sektor industri, robotik, hingga keamanan.

Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa di sebuah lokasi uji coba di Kota Nanjing, China timur, misalnya, kemampuan komputasi dan penginderaan canggih 6G berhasil menunjukkan kecepatan identifikasi ancaman udara. Sistem pemantauan di area tersebut mampu menemukan sebuah drone “ilegal” hanya dalam 0,1 detik, kemudian langsung menampilkan model serta ciri-ciri utama drone tersebut. Teknologi itu merupakan bagian dari skenario baru yang tengah dieksplorasi oleh Purple Mountain Laboratories (PMLabs).

Para engineer di lembaga itu membangun tempat uji lapangan rintisan bebas sel 6G, yang disebut memiliki keunggulan setidaknya 10 kali lipat dibandingkan 5G dalam jangkauan, kapasitas, dan efisiensi spektrum. Fokus baru PMLabs juga mulai mengerucut pada teknologi drone, sejalan dengan berkembangnya potensi ekonomi dan militer dari kendaraan udara tanpa awak.

Dalam sebuah latihan darurat yang mensimulasikan kecelakaan kebakaran tangki penyimpanan pada Juni lalu, sistem 6G tanpa sel tersebut dimanfaatkan untuk mengendalikan sekelompok drone dalam misi penyelamatan. Di utara Beijing, sebuah kawasan inovasi bahkan telah mengoperasikan tempat pelatihan robot berkemampuan 6G untuk menguji bagaimana jaringan ini dapat menggerakkan mesin cerdas masa depan.

Upaya tersebut memperlihatkan bagaimana China kini tidak lagi hanya mengembangkan teknologi baru, tetapi juga mempercepat skenario aplikatifnya. Para pembuat kebijakan ekonomi China memandang penciptaan skenario aplikasi baru sebagai jembatan yang menghubungkan teknologi dengan industri, sekaligus menghubungkan penelitian dengan pasar.

Menurut Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China, uji coba teknologi 6G telah dilakukan empat tahun berturut-turut. Tahap pertama telah selesai dan menghasilkan lebih dari 300 pencapaian teknis penting. China berharap 6G dapat mendukung pembedahan jarak jauh yang kompleks, navigasi indoor berskala sentimeter, pengemudian berbantuan tingkat tinggi, hingga koneksi cerdas antarmesin dalam jumlah besar.

Ambisi itu turut ditunjukkan lewat langkah China Telecom dan Universitas Tsinghua yang pekan ini memverifikasi koneksi wilayah kutub dan lautan lepas menggunakan satelit di orbit 20.000 kilometer. Satelit itu mampu mencapai kecepatan downlink puncak 140 Mbps, menunjukkan kemampuan transmisi berkecepatan tinggi langsung dari satelit ke perangkat pengguna.

Satelit tersebut adalah bagian dari armada orbit-Bumi-menengah Smart SkyNet, yang kelak akan memberikan jangkauan tanpa celah. Bersama konstelasi orbit rendah (LEO), mereka membentuk jaringan 6G terintegrasi darat-angkasa. Raksasa telekomunikasi China itu juga telah merilis simulator akses satelit 6G visual untuk memvalidasi mega-konstelasi LEO yang tengah dibangun.

Sejalan dengan itu, China telah meluncurkan 13 kelompok satelit untuk memperluas konstelasi internetnya dan mulai menempatkan satelit verifikasi arsitektur 6G ke orbit sejak tahun lalu. Penggabungan internet satelit dengan stasiun berbasis darat dipuji sebagai salah satu dari tiga ciri inti 6G, bersama konvergensi komunikasi-penginderaan dan komunikasi-AI.

Di tingkat perangkat keras, sebuah tim riset China baru-baru ini mengumumkan chip optoelektronik ultra-broadband bertenaga AI dengan cakupan frekuensi dari 0,5 GHz hingga 115 GHz. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature dan dinilai dapat memberi lompatan besar bagi stabilitas jaringan masa depan. “Ini seperti menambahkan jalan tol super. Sinyal dapat berpindah jalur saat sebuah jalur macet, sehingga data tidak akan tertahan di tengah lalu lintas data,” tutur Wang Xingjun dari Universitas Peking, yang memimpin penelitian tersebut.

Deretan terobosan ini membuat China mendominasi portofolio hak paten 6G global. Sebuah laporan industri mencatat bahwa per Juni 2025, negara tersebut memegang 40,3 persen paten 6G dunia—tertinggi secara global.

Untuk mengonsolidasikan posisinya, China telah membentuk Kelompok Promosi IMT-2030 (6G) guna mempersiapkan komersialisasi teknologi tersebut pada 2030. Salah satu langkah utamanya adalah keputusan alokasi spektrum 6GHz untuk penggunaan 5G dan 6G. “Hal ini memberi China suara yang lebih lantang, mulai dari penetapan standar hingga peluncuran komersial,” ujar Bai Siwei, seorang pakar Internet of Things.

Dengan dorongan strategis di berbagai lini—dari ruang angkasa, industri, robotika, hingga drone—China kini menempatkan 6G bukan sekadar sebagai inovasi teknologi, tetapi sebagai alat memperluas pengaruh global dan mempercepat transformasi ekonominya.

Editorial VOICEIndonesia

Tentang VOICEINDONESIA.CO

LOGO-VOICEINDONESIA.CO-Copy

VOICEIndonesia.co Merupakan Rumah untuk berkarya, Menyalurkan Bakat, Ide, Beradu Gagasan menyampaikan suara Rakyat dari pelosok Negeri dan Portal berita pertama di Indonesia yang secara khusus mengulas informasi seputar Ketenagakerjaan, Juga menyajikan berita-berita Nasional,Regional dan Global . VOICEIndonesia.co dedikasikan bukan hanya sekedar portal informasi berita online biasa,Namun lebih dari itu, menjadi media mainstream online pertama di Indonesia,menekankan akurasi berita yang tepat,cepat dan berimbang , cover both side, reading tourism, user friendly, serta riset.

KONTAK

HOTLINE / WHATSAPP :

Follow VOICEINDONESIA.CO