VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Summarecon membantah sentimen negatif soal lesunya pasar properti dengan mencatatkan prestasi gemilang. Hingga Oktober 2025, perusahaan mampu mencatat marketing sales hingga Rp4 triliun atau 80% dari target Rp5 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 26% dibanding periode sama tahun lalu.
Pencapaian ini cukup mengejutkan di tengah banyaknya keluhan soal daya beli masyarakat yang lesu. Saat kompetitor mengeluh, Summarecon justru membukukan kejutan penjualan di berbagai kawasan seperti Serpong, Bogor, dan Bandung.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto Pitojo Adhi mengungkapkan kunci sukses di balik angka fantastis tersebut. Menurutnya, perusahaan punya strategi khusus dengan menyasar segmen pasar yang tepat, sehingga relatif kebal terhadap gejolak ekonomi.
Baca Juga: Kebijakan Perpanjang PPN DPT Hingga 2027 Jadi Angin Segar Industri Properti
“Memang sekarang ini semuanya lagi berhati-hati karena ada isu tentang daya beli. Tapi memang sebetulnya ini menjadi concern secara nasional. Summarecon bersyukur karena kebetulan kami menyasar market yang segmen menengah ke atas, dimana punya resiliensi yang lebih bagus,” ungkapnya saat media preview Summarecon Discovery di La Piazza, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/11/2025).
Strategi fokus ke segmen menengah atas terbukti ampuh membuat Summarecon lebih tahan banting. Segmen ini memiliki daya beli yang lebih stabil meski kondisi ekonomi bergejolak, sehingga penjualan tetap bisa tumbuh signifikan.
Baca Juga: Pembayaran Pajak Kendaraan Diharapkan Semudah Beli Pulsa
Adrianto mengungkapkan, kejutan penjualan luar biasa terjadi di tiga lokasi strategis perusahaan. Penjualan sangat bagus di Summarecon Serpong, Summarecon Bogor, dan Summarecon Bandung, yang menjadikan perusahaan bisa mencapai Rp4 triliun di bulan Oktober.
“Penjualan sangat bagus di Summarecon Serpong, Summarecon Bogor, Summarecon Bandung, ada kejutan-kejutan penjualan yang memang itu luar biasa, dan menjadikan kita bisa achieve di 4 triliun di bulan Oktober. Jadi masih ada November, Desember, kami yakin,” jelasnya.
Adrianto juga menyoroti peran penting kebijakan pemerintah yang mendukung industri properti. Perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPn DTP) hingga 2027 dinilai memberikan kepastian bagi pengembang untuk membuat perencanaan jangka panjang.
Sebelumnya, kebijakan PPN DTP hanya berlaku 6 bulan dan terus diperpanjang sporadis. Kondisi ini membuat banyak pengembang kesulitan merencanakan proyek karena ketidakpastian. Banyak yang gagal mencapai target karena syarat PPN DTP mengharuskan rumah sudah selesai dibangun.
“Kemarin Pak Prabowo baru keluarin kebijakan PPN DTP itu biasanya sebelumnya selalu 6 bulan, 6 bulan gitu kan. Nah sekarang keluarin kebijakan sampai 2027, artinya semua pengembang bisa membuat planning. Mana yang dijual pakai PPN DTP langsung dibangun,” paparnya.
Dengan kepastian hingga 2027, Summarecon bisa mengeksekusi strategi penjualan lebih agresif. Proyek yang dijual dengan skema PPN DTP langsung dibangun tanpa kekhawatiran kebijakan berubah di tengah jalan.
Adrianto juga menepis anggapan bahwa PPN DTP hanya menguntungkan developer. Menurutnya, konsumen justru yang paling diuntungkan dengan mendapat diskon 11 persen. Sementara dampak jangka panjangnya, konstruksi yang bergulir akan menggerakkan 180 bisnis ikutan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ketika PPN DTP ini berjalan, insentif yang diterima sebenarnya bukan untuk developer, untuk konsumen. Karena konsumennya tiba-tiba diskon 11 persen. Tapi pengembang akan secara masif membangun rumah untuk dijual dan ketika konstruksi jalan 180 bisnis ikutan akan ikut tumbuh,” tegasnya.
Ke depan, Summarecon akan tetap fokus pada pengembangan township sebagai core business. Adrianto menegaskan tidak ada rencana masuk ke bisnis lain, karena township sudah menjadi spesialisasi dan keunggulan kompetitif perusahaan.
Summarecon juga mulai melirik pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di berbagai township yang dimiliki. Semua township dinilai punya potensi dikembangkan menjadi kawasan berbasis transportasi massal, meski kecepatan pengembangannya berbeda-beda.
Perjalanan 50 tahun Summarecon kini dipamerkan dalam Summarecon Discovery yang dibuka untuk umum mulai 28 November 2025. Eksibisi ini menampilkan 12 zona ruang berisi arsip visual, instalasi digital, maket kawasan, hingga dokumentasi lengkap perjalanan perusahaan.

