VOICEINDONESIA.CO, Bekasi – Dari ribuan pendaftar yang berminat menjadi caregiver di Singapura, hanya 21 orang berhasil menembus seleksi ketat pilot project pelatihan pengasuh lansia profesional. Program ambisius lintas kementerian ini dirancang khusus untuk mencetak tenaga kerja perempuan Indonesia yang siap bersaing di pasar global dengan standar internasional.
Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani menyebut tingginya animo masyarakat terhadap program ini menunjukkan besarnya kebutuhan lapangan kerja berkualitas bagi perempuan Indonesia. Peserta terpilih kini tengah menjalani pelatihan intensif di Balai Besar Pengembangan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi hingga 21 Desember 2025 mendatang.
“Peserta tengah mengikuti pelatihan di BBPVP Bekasi hingga 21 Desember sebelum mengikuti on the job training di panti lansia,” ungkap Christina saat memantau langsung jalannya pelatihan pada Rabu (03/12/2025).
Baca Juga: Terungkap! 82,6 Persen PMI Minta Bantuan Ternyata Berangkat Lewat Jalur Ilegal
Program kolaboratif antara Kementerian P2MI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura ini menargetkan penempatan langsung usai pelatihan rampung. Pemerintah melibatkan agensi Singapura dan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia untuk memastikan job matching berjalan efektif.
Christina mengungkapkan, KBRI Singapura berperan krusial dalam memverifikasi keaslian job order yang masuk. Antusiasme tinggi para peserta selama pelatihan menunjukkan keseriusan mereka mengubah nasib melalui profesi caregiver profesional yang semakin dibutuhkan pasar global.
Baca Juga: Target 500 Ribu Penempatan PMI, Pemerintah Gandeng BJB Perluas Skema KUR
Permintaan tenaga caregiver lansia terus melonjak seiring bertambahnya populasi lanjut usia di berbagai negara. Pemerintah merencanakan perluasan program serupa dengan penambahan pelatihan bahasa asing untuk membuka peluang penempatan ke negara-negara Eropa seperti Jerman dan Kroasia.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan menegaskan pilot project ini bagian dari strategi besar pengembangan ekonomi perawatan atau care economy. Menurutnya, ribuan perempuan Indonesia yang selama ini bekerja sebagai pekerja rumah tangga biasa berpotensi bertransformasi menjadi tenaga terampil bernilai tawar tinggi jika mendapat pelatihan tepat.
“Dengan pelatihan yang terstandar, hak dan kewajiban pekerja dapat diatur lebih baik, dan kualitas kerja mereka menjadi jelas,” tegas Vero, sapaan akrabnya.
Vero mengapresiasi keterlibatan langsung Christina dalam program pemberdayaan perempuan ini. Ia menekankan perlunya sinergi lintas kementerian dan lembaga untuk memastikan penempatan pekerja migran perempuan berlangsung aman, profesional, dan memberikan dampak ekonomi signifikan bagi keluarga mereka.
Model pelatihan terintegrasi yang menghubungkan pelatihan domestik dengan kebutuhan pasar internasional ini akan direplikasi Kementerian P2MI di berbagai wilayah kerja BP3MI. Langkah strategis tersebut ditujukan memperluas akses pekerja migran Indonesia, khususnya perempuan, terhadap peluang kerja layak dan berpenghasilan kompetitif di luar negeri.

