VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) menerima kunjungan akademis dari mahasiswa baru Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia (UI) di Aula Abdurrahman Wahid, Kantor KemenP2MI, Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Kunjungan tersebut diterima oleh Direktur Jenderal Promosi dan Pemanfaatan Peluang Kerja Luar Negeri (P3KLN), Dwi Setiawan serta Direktur Pemetaan Pasar Kerja Luar Negeri Devriel Sogia.
Kegiatan ini menjadi wadah dialog dan edukasi bagi mahasiswa untuk memahami peluang kerja internasional serta strategi peningkatan daya saing generasi muda Indonesia di pasar tenaga kerja global.
Baca Juga: Pekerja Migran Punya Potensi Jadi Pengusaha, Ini Buktinya!
“Kunjungan mahasiswa baru ini menjadi ruang dialog untuk memahami peluang kerja internasional dan cara meningkatkan daya saing generasi muda Indonesia,” ujar Dirjen P3KLN Dwi Setiawan.
Dalam paparannya, Dwi menjelaskan bahwa banyak negara saat ini mengalami penuaan populasi (aging population) dan kekurangan tenaga kerja, sementara Indonesia justru memiliki surplus demografi di berbagai sektor.
Kondisi tersebut, katanya, merupakan tantangan sekaligus peluang besar bagi tenaga kerja Indonesia untuk mengisi pasar global.
“Qatar, misalnya, populasinya hanya tiga juta orang. Kalau dikelola dengan baik, tenaga kerja Indonesia bisa menjadi jualan dunia,” ucap Dwi.
Baca Juga: PMI Asal Indramayu Tewas dalam Kecelakaan di Hong Kong Ini Kronologinya
Ia menegaskan perlunya mengubah paradigma lama yang menilai pekerja migran Indonesia hanya identik dengan sektor domestik.
“Kita harus ubah cara pandang. Pekerja migran Indonesia kini banyak dibutuhkan di sektor kesehatan, manufaktur, sosial politik, hingga konsultansi. Tapi tentu harus diiringi peningkatan kompetensi,” jelasnya.
Dwi juga menekankan tiga kunci utama agar generasi muda siap bersaing di pasar kerja internasional, yaitu:Kompetensi berskala internasional,Penguasaan bahasa asing, dan Kepatuhan terhadap prosedur resmi.
Ia mendorong mahasiswa untuk aktif meningkatkan kemampuan sejak di bangku kuliah, termasuk melalui pelatihan dan sertifikasi internasional.
Sementara itu, Direktur Pemetaan Pasar Kerja Luar Negeri, Devriel Sogia, menambahkan bahwa pekerja migran Indonesia (PMI) memiliki kontribusi besar terhadap devisa negara.
“Devisa terbesar kedua Indonesia setelah migas berasal dari pekerja migran. Tahun lalu kontribusinya mencapai sekitar Rp257 triliun,” ujarnya.
Devriel menyebut, permasalahan terkait penempatan PMI kini semakin kecil, hanya sekitar 1–1,5 persen dari total 297 ribu penempatan, yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam sistem tata kelola dan perlindungan pekerja.
Ia menegaskan bahwa peluang kerja luar negeri terus terbuka luas, terutama di Jepang, Jerman, dan berbagai negara Eropa yang mengalami kekurangan tenaga kerja.
“Mahasiswa harus membekali diri dengan kompetensi dan penguasaan bahasa asing sesuai negara tujuan,” pungkasnya.
KemenP2MI berharap kegiatan edukatif semacam ini dapat memperkuat kesadaran generasi muda terhadap pentingnya migrasi aman dan profesional, sekaligus memperluas peran Indonesia di pasar kerja internasional.