VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Menteri Pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan bahwa pengiriman tenaga kerja migran ke luar negeri merupakan salah satu strategi efektif untuk menekan angka pengangguran dalam negeri sekaligus meningkatkan devisa negara.
Hal ini disampaikan Menteri Karding dalam acara pelepasan 5.000 tenaga kerja migran bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Minggu (15/6/2025). Dalam seremoni simbolis tersebut, sebanyak 100 pekerja migran Indonesia (PMI) secara resmi dilepas untuk bekerja di luar negeri.
“Ada satu tujuan sebenarnya yang ingin kita capai adalah Kadin berupaya membantu pemerintah di dalam hal mengurangi pengangguran, yang kedua mengurangi kemiskinan, memperkuat ekonomi nasional termasuk daerah dan keluarga dengan devisa yang ada,” ujar Abdul.
Ia juga menekankan bahwa pengiriman tenaga kerja ke luar negeri merupakan bentuk investasi sumber daya manusia.
“Karena akan terjadi transfer of knowledge, transfer of skill, ada transfer pengalaman, dan ada pembangunan networking yang ada di sana,” tambahnya.
Karding mengungkapkan bahwa pada tahun 2025, pemerintah menargetkan pengiriman 400 ribu tenaga kerja migran Indonesia. Dari jumlah tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi devisa hingga Rp 439 triliun, naik signifikan dibandingkan angka saat ini yang mencapai Rp 253,3 triliun.
“Tahun kalau bisa dikirim 400 ribu maka target devisanya Rp 439 triliun. Kalau sekarang Rp 253,3 triliun,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pengembangan Keberlanjutan Kadin, Shinta Kamdani, menyebut bahwa pekerja migran Indonesia bukan hanya pahlawan devisa, tapi juga duta bangsa di luar negeri.
“Selain menjadi tulang punggung keluarga, mereka juga adalah penyumbang besar devisa negara. Nah kalau kita lihat angkanya, di 2024 saja itu remitansi dari para pekerja migran Indonesia mencapai lebih dari US$ 15 miliar (Rp 244.54 triliun dengan kurs Rp 16.303/dolar AS). Luar biasa,” jelas Shinta.
Ia menambahkan bahwa mayoritas pekerja migran Indonesia masih bekerja di sektor informal. Hal ini, menurutnya, menjadi peluang sekaligus tantangan dalam meningkatkan perlindungan dan kompetensi pekerja.
Kadin, lanjut Shinta, berkomitmen untuk memperkuat ekosistem tenaga kerja migran dari hulu ke hilir. Ini mencakup perluasan akses pelatihan dan sertifikasi, mendorong investasi dalam pusat pelatihan tenaga kerja internasional, serta membangun kerja sama internasional dengan berbagai pihak di negara tujuan.
“Kita juga bisa membantu membangun basis data tenaga kerja yang terintegrasi dengan dunia usaha, agar penempatan tenaga kerja lebih cepat dan tepat sasaran,” tutup Shinta.