VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung menegaskan bahwa Program Biodisel 50 (B50) menjadi bagian kebijakan yang menguntungkan secara nasional. Selain itu, ia menilai kebijakan tersebut dapat menjaga stabilitas harga crude palm oil (CPO).
Hal ini disampaikan dalam acara Sarasehan Nasional bertema, “Mendorong Keberlanjutan Industri Hulu Minyak dan Gas untuk Kemandirian Energi” di Jakarta, Selasa (8/7/2025).
“Ini (B50) merupakan bagian kebijakan yang secara nasional jadi menguntungkan dan ada stabilitas untuk harga CPO,” kata Yuliot.
Baca Juga: Kementerian ESDM Terjunkan Inspektur Tambang Investigasi Longsor di Gunung Kuda
Yuliot menyebut bahwa para petani sawit sebagai pihak yang paling terdampak dari penurunan harga CPO global tersebut. Menurutnya, kondisi oversupply CPO di dalam negeri memperparah situasi yang sudah mengkhawatirkan bagi para petani.
Yuliot menekankan pentingnya menjaga kebijakan ini untuk melindungi stabilitas harga CPO.
“Jadi, ini yang perlu kita jaga kebijakannya,” ucapnya.
Baca Juga: Menteri ESDM Ambil Sikap Tegas Soal Dugaan BBM Tercampur Air
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rencana pemerintah untuk mengalihkan ekspor CPO sebesar 5,3 juta ton guna mendukung pelaksanaan Program Biodiesel 50 (B50). Pengalihan ini berasal dari total ekspor CPO Indonesia yang mencapai 26 juta ton pada tahun 2024.
Mentan Amran meyakini penarikan 5,3 juta ton CPO Indonesia akan menciptakan efek domino di pasar global. Namun langkah ini diharapkan mampu mendongkrak harga CPO dunia, mengingat Indonesia menguasai 65,94 persen pasar global.
Berdasarkan Data Harga Referensi Crude Palm Oil (HR CPO) Kementerian Perdagangan tercatat penurunan drastis dari 961,54 dolar AS per metrik ton pada April menjadi 856,38 dolar AS pada Juni.