JAKARTA,AKUUPDATE.ID-Banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan baru-baru ini memicu perdebatan, terutama setelah Presiden Jokowi menyatakan bahwa banjir disebabkan curah hujan tinggi. Banyak pakar lingkungan merasa pernyataan ini mengabaikan akar masalah sesungguhnya, yakni deforestasi.
“…2001 sampai 2019 sekitar 304.225 hektar kehilangan tutupan hutan di situ. Itu yang menunjukkan daya tampung pendukung hutan di daerah itu sudah menurun drastis” Begitu kata Arie Kompas dari Greenpeace Indonesia.
Hal ini selaras dengan laporan yang baru saja diluncurkan oleh Change.org Indonesia tentang “Tren Kampanye Perubahan Iklim di Indonesia”. Laporan tersebut melihat semua kampanye yang terkait perubahan iklim selama 5 tahun terakhir, dan menganalisis pola-pola yang muncul.
Baca Juga : BMKG: Banjir Pesisir Manado Bukan Tsunami, Masyarakat Tidak Perlu Panik
Hasilnya, terlihat jelas bahwa kepedulian terkait isu perubahan iklim meningkat setiap tahunnya. Selain itu, ditemukan bahwa deforestasi menjadi kategori isu perubahan iklim yang teratas dengan 9,2 juta tanda tangan atau 70% dari total semua dukungan. “Bahkan 92% pengguna baru dalam kampanye perubahan iklim mendaftar karena isu deforestasi.” jelas Arief selaku Direktur Eksekutif dan Pendiri Change.org Indonesia.
40% dari petisi-petisi ini berfokus pada daerah dengan tutupan hutan yang luas seperti Riau, Aceh, Bengkulu, dan tentunya Kalimantan.
Baca Juga : Kabupaten Majalengka Kerendam Banjir
Selain itu, dalam 6 tahun terakhir, terdapat 623 ribu suara yang mengalami kemenangan dalam kampanye perubahan iklim. Suara ini berasal dari 8 kemenangan; 7 diantaranya terkait pencegahan dan perlambatan deforestasi, dan 1 kemenangan lainnya pengurangan limbah plastik.
Sebagian besar (60%) dari semua petisi terkait perubahan iklim menentang rencana pemerintah yang berdampak besar terhadap lingkungan (mis. deforestasi) atau meminta pemerintah agar membuat kebijakan progresif terkait perlindungan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim (mis. pengurangan limbah plastik). Sebagian besar petisi ini ditujukan kepada lembaga eksekutif pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Keuangan.
Baca Juga : Waspadai Potensi Curah ekstrim Di Kalimantan Selatan
Salah satu contoh petisi perubahan iklim yang mendapat banyak dukungan adalah terkait limbah plastik. Petisi yang dimulai Nadia Mulya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta penerapan cukai plastik untuk mengurangi produksi dan konsumsi plastik.
Laporan Tren Kampanye Perubahan Iklim di Indonesia selengkapnya dapat dilihat di www.change.org/kampanyeperubahaniklim
“Petisi #DukungCukaiPlastik ini merupakan salah satu petisi dalam gerakan #TolakSekaliPakai Change.org yang diangkat tiga tahun lalu dengan lebih dari 1.100.000 orang yang telah menandatangani. Kenapa cukai plastik? Karena penanganan di hilir saja tidak cukup, urgensi isu sampah plastik sekarang memerlukan tindakan nyata yang harus dilakukan di hulu juga. Saat inipun pemerintah sedang menggenjot devisa dari berbagai sumber untuk mendukung pemulihan pasca pandemi, cukai plastik ini tentunya dapat membantu untuk menggenjot devisa sehingga tidak ada alasan untuk menunda penerapan cukai plastik,” tambah Nadia Mulya.(*)