VOICEINDONESIA.CO, Jakarta – Sebanyak 274 Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta telah ditetapkan sebagai “Kampung Siaga Tuberkulosis (TB)” sebagai bagian dari upaya pengendalian penyakit berbasis kewilayahan.
Program ini diinisiasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta sejak 2004 dan ditargetkan berkembang menjadi 500 RW hingga akhir 2025.
Kepala Dinkes DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menjelaskan bahwa Kampung Siaga TB bukan menandakan kondisi darurat, melainkan bentuk kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat dalam mencegah penyebaran TB di lingkungan tempat tinggal mereka.
Baca Juga: MPR RI Dukung Kenaikan Batas Usia Pensiun ASN, Ini Alasannya
“Siaga itu bukan menunjukkan situasi kedaruratan, tetapi lebih pada kewaspadaan menjaga lingkungan agar bebas dari TB,” ujar Ani saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/5).
Konsep Kampung Siaga TB mendorong komunitas tingkat RW untuk aktif melakukan edukasi kesehatan, skrining dini TB, serta pendampingan bagi warga yang terpapar. Menurut Ani, skrining penting dilakukan untuk menemukan kasus sedini mungkin agar penderita segera mendapat pengobatan dan dukungan psikososial.
“Edukasi terus dilakukan. Pasien TB didampingi secara psikososial agar tidak distigma dan bisa menyelesaikan pengobatannya,” tambahnya.
Baca Juga: PHK Capai 26.454, Ketua DPR RI Dorong Pemerintah Lindungi Pekerja
Dinkes DKI memilih RW yang paling siap di tiap kecamatan untuk menjadi percontohan program ini. Kesiapan wilayah menjadi kunci keberhasilan pendekatan komunitas tersebut.
Mengacu pada Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi kasus TB secara global setelah India, dengan estimasi 1.090.000 kasus. DKI Jakarta menargetkan penemuan 70.387 kasus TB pada 2025.
Program Kampung Siaga TB menjadi salah satu inovasi daerah untuk mempercepat pencapaian target tersebut dan mendorong keterlibatan aktif warga dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas TB.