VOICEINDONESIA.CO, Makassar – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman memprediksi Indonesia berpotensi menjadi negara superpower dalam 10 tahun ke depan melalui transformasi hilirisasi produk pertanian. Optimisme ini disampaikan dalam kuliah umum mahasiswa S2-S3 Universitas Hasanuddin di ASS Building Makassar, Senin (9/6/2025).
Mentan Amran menilai hilirisasi sebagai kunci transformasi pertanian Indonesia menuju kemandirian dan pengaruh global. Kekuatan sektor pertanian tidak hanya terletak pada kemampuan produksi, tetapi juga penciptaan nilai tambah melalui pengolahan, inovasi, dan pengembangan industri hilir.
“Hilirisasi adalah kunci transformasi pertanian kita. Kalau ini bisa kita lakukan dalam 10 tahun ke depan, dengan komitmen kuat, maka Indonesia bisa menjadi negara superpower,” kata Mentan.
Baca Juga: Kolaborasi Kementan-IPB University Wujudkan Swasembada Pangan Nasional
Andi Amran memberikan contoh konkret nilai tambah hilirisasi dengan menyebutkan kelapa dalam yang semula dijual Rp1.350 per kilogram bisa bernilai hingga Rp145 ribu per liter jika diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO). Komoditas kakao dan biji mente memiliki nilai hingga 38 kali lipat, serta kelapa sawit yang diolah menjadi biofuel (B50) sebagai pengganti solar.
Mentan menekankan pentingnya peran generasi muda, khususnya mahasiswa S2 dan S3, turut mendukung agenda hilirisasi melalui riset dan inovasi. Pemerintah telah menyusun strategi investasi pertanian yang terarah dan berdampak langsung kepada masyarakat dengan nilai fantastis.
“Dengan investasi sebesar Rp371 triliun, sektor pertanian bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp9.000 triliun dan menciptakan delapan juta lapangan kerja. Karena itu, kebijakan kita sekarang difokuskan langsung kepada petani dan masyarakat,” papar ungkapnya.
Baca Juga: Wamenaker Ungkap Strategi RI Atasi Pekerja Sektor Informal di ILC ke-113
Mentan menyoroti kondisi krisis pangan global yang melanda 58 negara dan mengingatkan dampaknya tidak hanya pada ekonomi dan kesehatan, tetapi juga berpotensi memicu konflik sosial dan politik. Hal ini menjadi alasan kuat perlunya penguatan sektor pertanian dari hulu ke hilir.
“Kalau kebijakan bermasalah, maka negara juga akan bermasalah. Maka dari itu, sektor pertanian harus diperkuat dari hulu ke hilir,” tegas Ketua Umum IKA Unhas ini.
Kementerian Pertanian mengambil langkah strategis dengan melakukan refocusing anggaran agar lebih tepat sasaran, menyederhanakan 241 regulasi yang menghambat produksi, serta meningkatkan sarana dan infrastruktur pertanian. Upaya ini mulai menunjukkan hasil positif dengan peningkatan produksi beras nasional.
“Negara kita bisa menanam sepanjang tahun, air mengalir terus. Kalau kita kuat, dunia akan kehilangan pasarnya. Kita punya 280 juta penduduk, itu potensi besar,” tuturnya.