VOICEINDONESIA.CO,Batam – Melakukan liputan mendalam terkait aktivitas penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) yang berangkat tidak sesuai prosedur atau ilegal di pelabuhan Harbourbay Batam. Seperti apa praktik dan modusnya, berikut penelusuran tim VOICEIndonesia.co di Batam, Kepulauan Riau.
Siapa tak kenal dengan pelabuhan Harbourbay Batam, pelabuhan yang langsung menjadi teras penghubung Indonesia untuk dua negara tetangga sekaligus, Singapura dan Malaysia. Selain megah dan terjangkau bagi pelancong yang hendak bepergian ke luar negeri atau sebaliknya siapa sangka Harbourbay Batam juga menjadi lintasan favorit bagi pelaku penempatan PMI Ilegal.
Paket komplit, mainnya rapi, tak dicurigai, jaringannya dibangun sistematis yang melibatkan tekong, calo, agen tiket kapal, serta diduga sejumlah oknum aparat TNI- Polri serta oknum petugas Imigrasi yang diam-diam berkomunikasi dalam bisnis kotor penyelundupan Pekerja migran Indonesia.
Jalur surga penempatan PMI ilegal itu tidak main-main,tim Lipsus VOICEIndonesia.co mendapati data yang angkanya fantastis mencapai ratusan setiap harinya yang lolos tanpa dokumen yang di syaratkan sebagai calon pekerja di pintu keberangkatan. Sehari, rupiah yang beredar pun tak berseri. Calon PMI “digorok” Rp 5 juta hingga Rp 7 juta perkepala sebagai uang pelicin.
Laporan ini dibuat saat kami mengamati pintu-pintu keberangkatan Pelabuhan Harbourbay, Batam pada Februari 2025 lalu. Di pelabuhan, kami memantau semua penumpang yang ada. Masih lumayan membingungkan, apakah sebagian ini para pekerja migran atau hanya pelancong yang akan berlibur ke seberang, Singapura atau Malaysia.
Keesokan harinya, agar paham jalur yang digunakan Pekerja Migran ilegal menyeberang ke Malaysia, kami bersama PJ, seorang calo pekerja migran menelusuri Pelabuhan Harbourbay. Terkuak, para pekerja migran ilegal tak mau menggunakan pintu utama masuk pelabuhan, karena risiko tertangkap petugas Imigrasi sangat tinggi.
Untuk mempermudah calon pekerja migran ilegal, calo menyiapkan tutorial perjalanan masuk pelabuhan. “Banyak masuk lewat lantai dua (parkiran atas gedung) baru turun ke bawah lewat tangga,” kata PJ menyebut salah satu lokasi tunggu.
“Jadi calon PMI ini kami suruh duduk manis, biasanya sudah kita arahkan duduk di bawah eskalator ada kursi (merah). Nanti time-nya masuk, kita suruh masuk. Dia pegang paspor sama tiket aja,” sebutnya.
Lantas, ketika ada petugas razia di pelabuhan, itu bagaimana?
“Biasanya kalau mau ada operasi (razia), sebelum itu kita sudah dapat bocoran. Siapa saja yang turun, kita sudah dikabari. Dan kita disuruh tak usah berkegiatan,” bebernya.
PJ, membocorkan praktik dan modus penyelundupan migran di Batam karena sudah berkoordinasi.
“Gimana enggak mudah, kita kan sudah bayar koordinasi mahal-mahal. Oknum Imigrasi, itu yang utama, karena tugasnya yang ngecop-ngecop paspor,” singgung PJ. “Kalau oknum aparat (TNI-Polri) yang lain, ikut juga berkecimpungan,” timpalnya.
Dari Rp 5 juta hingga Rp 7 juta uang yang ditakar perkepala, dirincikannya: mulai dari harga tiket kapal berangkat Rp 380 ribu, uang jaminan Rp 750 ribu, setoran oknum Imigrasi Rp 1 juta, setoran oknum TNI-Polri Rp 1 juta, setoran untuk pihak pengelola pelabuhan Rp 1 juta serta biaya lainnya Rp 2 juta. “Kalau enggak ada uang kita dipersulit. Coba kalau ada uang, semua gampang,” imbuh PJ.