VOICEINDONESIA.CO, Hong Kong – Proses identifikasi jenazah sembilan WNI yang tewas dalam kebakaran kompleks apartemen Wang Fuk Court di Distrik Tai Po, Hong Kong, menghadami kendala teknis. Sejumlah korban memerlukan sampel DNA dari keluarga di Indonesia untuk mempermudah proses identifikasi yang tengah berlangsung.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Yvonne Mewengkang pada Kamis (04/12/2025) mengungkapkan, KJRI Hong Kong telah membentuk tim koordinasi keluarga khusus untuk membantu pemulangan jenazah WNI korban kebakaran apartemen.
Yvonne menjelaskan sejumlah korban WNI telah berhasil diidentifikasi oleh pihak berwenang Hong Kong. Namun, identifikasi sejumlah korban lainnya kemungkinan memerlukan sampel DNA dari keluarga untuk mempermudah prosesnya.
Baca Juga: Bantuan Solidaritas Pasca Kebakaran Maut Hong Kong: Pekerja Migran Indonesia Jadi Prioritas
Kendala proses identifikasi dan koordinasi dengan pihak setempat yang masih berjalan membuat jadwal pemulangan jenazah WNI dari Hong Kong ke Indonesia belum dapat ditentukan.
Tragedi kebakaran yang terjadi pada Rabu (26/11/2025) ini menewaskan sembilan WNI dari total 140 WNI yang tinggal di kompleks Wang Fuk Court. Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Kamis (04/12/2025) merilis data terkini yang menyebutkan sebanyak 125 WNI berhasil diselamatkan, sementara lima orang lainnya masih dalam status belum ditemukan.
Baca Juga: Tim P2MI Terjun Langsung Cari WNI di Kebakaran Hong Kong
Seluruh WNI yang tinggal di kompleks apartemen tersebut merupakan pekerja migran di sektor domestik. KJRI Hong Kong mencatat terdapat 155.000 pekerja migran Indonesia di Hong Kong per Desember 2024.
Pelbagai komunitas dan organisasi buruh migran di Hong Kong turut mendukung upaya pencarian korban yang masih hilang. Sringatin, aktivis buruh migran, menyatakan pihaknya masih menggalang data dan berkoordinasi dengan sesama pekerja dari Indonesia.
“Kami masih mengumpulkan alamat penampungan sementara dan akan berkunjung ke sana,” ungkap Sringatin.
Di lokasi kejadian, banyak orang menunggu kabar tentang kondisi kerabat mereka yang terjebak dalam kobaran api. Seorang laki-laki terlihat menangis tersedu-sedu saat berbicara kepada media lokal karena belum mendengar kabar dari istrinya yang terjebak bersama kucingnya.
Kebakaran ini melampaui jumlah korban insiden Sham Shui Po pada Agustus 1962 yang menewaskan 44 orang. Kebakaran paling mematikan sepanjang sejarah Hong Kong tercatat pada 1948 dengan 176 korban jiwa akibat ledakan di gudang lima lantai.
Kepolisian Hong Kong telah menangkap tiga tersangka atas dugaan pembunuhan terkait kebakaran ini. Ketiga tersangka adalah laki-laki berusia 52 hingga 68 tahun yang berasal dari perusahaan konstruksi, dua di antaranya berstatus direktur dan konsultan teknik.
“Kami memiliki alasan untuk meyakini bahwa para pejabat di perusahaan tersebut sangat lalai, yang menyebabkan kecelakaan ini dan menyebabkan api menyebar tak terkendali, yang mengakibatkan banyak korban jiwa,” kata Juru Bicara Kepolisian Hong Kong.
Polisi menemukan jaring dan material pelindung di bagian luar gedung yang tidak tahan api, serta styrofoam di jendela gedung. Kompleks apartemen Wang Fuk Court tengah menjalani renovasi besar-besaran saat kebakaran terjadi.
Kiko Ma, penghuni apartemen, mengungkapkan jendela apartemennya telah disegel selama lebih dari setahun karena proyek renovasi. Warga sering menemukan puntung rokok di dekat jendela yang diduga ditinggalkan pekerja konstruksi.
“Orang-orang terus bertanya apa yang akan terjadi jika terjadi kebakaran. Semua orang sangat khawatir tentang hal ini,” kata Ma.
Sejumlah alarm kebakaran di apartemen Wang Fuk Court telah dimatikan selama renovasi karena pekerja konstruksi rutin menggunakan tangga darurat untuk keluar masuk gedung. Kondisi ini memperparah situasi saat kebakaran terjadi.
Pemerintah Hong Kong menangguhkan seluruh kegiatan kampanye menjelang pemilihan Dewan Legislatif yang dijadwalkan 7 Desember mendatang. Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee menyatakan prioritas utama adalah memadamkan api, menyelamatkan warga terjebak, merawat korban luka, menangani dampak, dan melakukan investigasi komprehensif.

