VOICEINDONESIA.CO, Jember – Kenaikan harga kedelai impor semakin memukul para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Lonjakan harga kedelai ini disebabkan oleh kenaikan tarif impor luar negeri, yang berdampak langsung pada biaya produksi yang semakin membengkak.
Para pengrajin terpaksa memutar otak agar tetap bisa bertahan di tengah situasi ini.
Di Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, para pengrajin tempe mengeluhkan bahwa harga kedelai kini telah mencapai Rp10.000 per kilogram, mengalami kenaikan Rp800 dari harga sebelumnya yang hanya Rp9.200 per kilogram.
Selain itu, stok kedelai impor sebagai bahan baku utama tempe juga mulai langka di pasaran, sehingga para pengrajin khawatir harga kedelai akan terus melonjak jika kelangkaan ini tidak segera diatasi.
“Jika harga kedelai terus naik, kami terpaksa menyiasati dengan memperkecil ukuran produk atau mungkin menaikkan harga jual tempe agar bisa tetap berproduksi,” kata Muhamad Soleh, salah satu pengrajin tempe di Jember
Baca juga: Kemnaker Imbau Masyarakat Waspadai Penipuan Berkedok TKM 2025
Soleh berharap ada intervensi dari pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai impor, karena jika tidak, harga kedelai akan terus meroket, yang dapat berdampak buruk pada industri tempe dan tahu di daerah tersebut.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi keberlangsungan industri tahu dan tempe di Jember.
Para pengrajin berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menjaga stabilitas harga kedelai impor, agar usaha mereka dapat terus berjalan dan tidak mengancam mata pencaharian banyak orang.
“Kami khawatir jika tidak ada langkah dari pemerintah, UMKM di daerah akan terpuruk,” ujar Muhamad Soleh.
Meskipun demikian, produksi tempe di Kabupaten Jember tetap berjalan dengan kondisi yang ada. Para pengrajin tetap berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan setia mereka yang sudah ada selama ini, meski dalam situasi yang semakin sulit.(joe)